Kiara yang tengah bersiap untuk pulang ke kampung halaman, menggeram kesal. Ia paling suntuk jika sudah mendengar suara Fathan yang berteriak-teriak seperti itu. Jika bukan karena si putra sulung yang kerap mengirimkan biaya perawatan dan terapi Fathan, jangan harap ia akan bertahan di pernikahan yang bak neraka itu. Ia tertawa sinis, miris dengan hidupnya sendiri. Dua kali menikah, dan dua kali berakhir sama. Suami pertamanya pun menderita stroke, lumpuh total. Kiara menahan diri selama satu tahun, hingga akhirnya sang suami meninggal dunia. Ia pikir, dengan Fathan akan berbeda. Kiara menikahi Fathan yang tengah berada di puncak karirnya saat itu. Namun, baru beberapa tahun menikah, perusahaan tempat Fathan bekerja dinyatakan pailit. Perusahaan itu akan diakuisisi sebuah perusahaan asing

