Resa menatap Aksa dengan ekspresi wajah horor. Membuat yang ditatap mengernyit dalam. “Kenapa? oh … masa iddah mu belum selesai?” Dua alis tebal pria yang berprofesi sebagai seorang dokter itu terangkat tinggi. “Tidak masalah. Aku bisa menunggu,” ujarnya santai, terdengar tanpa beban sama sekali. Tidak mendapatkan respon dari Resa, sepasang bibir yang cukup tebal berwarna kecoklatan itu berkerut. Sepasang kakinya berayun pelan mengikis jarak diantara keduanya. Resa mengerjap. Wanita itu berusaha menarik kaki ke belakang, namun tidak berhasil. Entah mengapa kedua kakinya seolah terpaku di lantai, tidak bisa ia gerakkan. Wanita itu menelan ludah kala Aksa berhenti berjalan di depannya. Buru-buru Resa menurunkan pandangan matanya. Resa tersentak ketika merasakan tepukan pelan di bahu kiri