Aksa menatap seekor tikus putih yang berlarian di dalam kandang berlapis kaca. “Dia sehat sekali, Dok.” Aksa membenarkan dengan anggukan kepala. Senyum di bibir pria itu mengembang. “Sepuluh hari, kan?” tanya Aksa tanpa mengalihkan perhatian dari pergerakan sang tikus yang bagi Aksa sudah seperti anaknya sendiri. Dia rawat, dia sayang, dia usahakan sedemikian rupa untuk bisa tetap bertahan. Tentu saja tikus itu bukan percobaan pertamanya. Dia sudah membuat lebih dari 20 tikus mati demi sebuah obat yang sedang ia kembangkan. “Benar, Dok.” Aksa menarik dalam napasnya. Hembusan napas lega keluar dari celah bibir pria tersebut. “Sudah waktunya mencoba obat itu langsung pada manusia.” Aksa menegakkan posisi yang sebelumnya membungkuk. Pria itu menoleh. “Siapkan materi presentasi. Aku akan