Menemani Makan Malam

1112 Kata
"Aku kerja di sini, Ngga. Tadi Mama kamu cari orang buat bersih-bersih di apartemen ini, terus aku ngajuin diri aja buat bebersih di sini. Mama kamu setuju, terus aku dianter ke sini." Angga mengernyitkan dahi. Dia tidak percaya dengan ucapan Esti. Namun, tidak mungkin Esti bisa masuk apartemennya tanpa kunci. Untuk memastikan itu dia menelpon Mamanya. Angga mengeluarkan ponsel dari saku, langsung menelpon mamanya. "Halo, Ma, pembantu yang Mama kirim ke apartemenku namanya siapa?" tanya Angga tanpa basa basi. "Kata mak Entin, namanya Esti. Kerjaannya gimana, bersih enggak?" Pandangan Angga mengelilingi apartemen. Dia lihat apartemennya bersih dan rapi. Dia menilai Esti bekerja dengan baik. "Kerjaannya bagus, Ma. Oh ya boleh enggak aku minta dia buat jadi pembantu di apartemen ini. Aku suka dengan kerjanya, bersih dan rapi. Cocok aku sama hasil kerjanya, Ma." "Boleh, lagian pembantu di rumah ini kan sudah ada tugas masing-masing. Kalau kamu suka sama kerjaannya Esti, ya syukur deh. Mama enggak perlu susah-susah lagi cari pembantu buat bersih-bersih di apartemen kamu." "Ok, Ma. Aku mau istirahat dulu ya besok aku ke rumah buat ketemu Mama sama papa." "Iya, ditunggu ya, Nak." Angga mengakhiri panggilan telepon. Kembali fokus pada Esti. Kali ini dia tidak ingin banyak bertanya urusan masa lalu dengan Esti. Yang dia inginkan hanya bersenang-senang dengan Esti, karena dia adalah majikan yang posisinya di atas Esti. Maka dia bisa bebas untuk memerintah Esti. "Esti, aku lapar, ada makanan enggak? Oh iya jangan panggil aku Angga, di sini aku kan majikan kamu. Panggil aku Tuan ingat ya panggil Tuan! Eh ya itu anak kecil anak siapa? Ngapain kamu bawa-bawa anak itu ke sini?" Angga menegaskan posisinya pada perempuan itu. "Di sini enggak ada makanan Tuan. Anak kecil ini anak saya. Maaf kalau saya kerja bawa anak, karena enggak ada tempat untuk nitipin anak saya, Tuan." "Aduh ini Angga kok ngeselin banget sih, mau balas dendam apa dia ya?" batin Esti. "Ya udah kamu ikut saya, bawa anak kamu sekalian." "Mau kemana, Tuan?" "Ikut saya makan. Emang kamu enggak denger suara perut kamu tuh yang bunyi dari tadi?" "Enggak usah deh, Tuan. Biar saya pulang saja, saya bisa makan di rumah." Esti menolak, dia memilih pulang daripada makan malam bersama Angga, karena Angga pasti akan bertanya-tanya pada Esti, dan Esti sedang malas menjelaskan apa yang sudah terjadi padanya. "Sudah ikut aja, sebelum aku tarik lengan kamu terus anakmu bingung kenapa Ibunya dibawa sama pria lain. Ingat kamu tuh cuma pembantu, harus nurut apa kata majikan!" Esti pikir Angga ada benarnya juga. Dia putuskan untuk ikut makan malam bersama Angga, dan dia akan melakukan aksi tutup mulut saat Angga bertanya tentang suaminya. "Mana kunci mobil?" Angga menadahkan tangannya di depan Esti. Esti mencari kunci mobil yang dia letakkan di meja di bawah televisi. Dia berikan kunci itu pada Angga, berjalan mengikuti pria itu menuju parkiran. "Kamu duduk di depan aja. Aku kan bukan supir kamu. Lagian enak banget ya jadi kamu, diajak makan malam sama majikan, naek mobil terus disupirin lagi!" Esti menjadi tersinggung dengan ucapan Angga. Saat dia akan berjalan menjauh, memutuskan untuk pulang tanpa pamit pada Angga, Angga menahan langkahnya dengan menarik lengan Esti. "Maaf. Ayo masuk mobil." Angga membukakan pintu mobil untuk Esti. Dia khawatir Esti akan pergi jika dia tidak membawa Esti ke mobilnya. "Mana HP kamu?" Angga meminta ponsel Esti saat sudah duduk di mobil. "Untuk apa?" "Mau simpan nomor HP kamu, buat jaga-jaga aja siapa tahu kamu kabur." Kali ini Esti pasrah memberikan ponselnya pada Angga. Angga menyimpan nomor ponselnya di ponsel Esti. Dia juga memanggil nomornya agar bisa mendapatkan nomor ponsel Esti, dia simpan nomor ponsel Esti setelahnya. "Ini." Angga mengembalikan ponsel Esti. Angga melajukan mobilnya menuju sebuah restoran mahal yang ada di sekitar apartemennya. Dia memang sengaja mencari restoran yang tidak terlalu jauh, agar tidak terjebak macet di jalan. Dia mengajak Esti masuk restoran itu, memesan makanan yang banyak. "Anak kamu siapa namanya?" tanya Angga sambil menunggu makanan pesanannya datang. "Namanya Arya, umurnya 3 tahun, Tuan." "Aku enggak tanya umur loh." "Aku ngasih tahu aja, biar nanti Tuan enggak capek tanya lagi." "Gitu ya? Ok deh. Nah makanannya datang. Kita makan dulu aja." Angga mengajak Esti makan. Pada awalnya Esti hanya mengambil sedikit makanan, untuk anaknya saja. Dia memilih makanan yang bisa dimakan oleh anaknya. Esti mengambil ayam dan sayur sop. "Mamam," ucap Arya. Kemudian Esti menyuapi anaknya, sambil sesekali dia juga makan dari piring yang sama. "Kok dikit makannya? Aku sengaja pesan banyak buat kamu dan Arya. Di sini yang makan cuma kita bertiga, siapa yang mau ngabisin kalau kamu makannya cuma sedikit gitu." "Aku enggak terlalu lapar, Tuan. Aku makan secukupnya aja." "Loh jangan gitu, kamu jangan membantah majikan. Ayo ambil yang banyak." Angga mengambil nasi dan menambah lauk ke piring Esti. Di dalam hatinya dia merasa senang bisa bertemu, makan bersama Esti lagi. Apalagi dia akan sering bertemu dengan Esti, karena itu dia sengaja mengajak Esti makan. Angga tebak pasti Esti belum makan dari siang. Esti terkejut melihat nasi dan lauk yang ditambah Angga ke piringnya memang dia masih merasa lapar. Segera dia habiskan nasi dan lauk itu bersama Arya. "Tambah lagi?" "Enggak usah, Tuan. Aku udah kenyang kok." Esti menolak karena memang dia merasa sudah kenyang bukan karena merasa tidak enak dengan Angga. "Ok. Aku minta pelayan restoran untuk membungkus makanan ini terus kamu bawa pulang." "Jangan, Tuan, aku ngerasa enggak enak kalau begitu caranya." "Ayolah, ini perintah majikan. Kamu tidak boleh menolak!" Lagi-lagi Angga menggunakan alasan perintah majikan pada Esti, sehingga dia tidak bisa menoleh keinginan Angga. Setelah membayar dan membawa makanan yang dibungkus, Angga mengajak Esti pulang. "Aku antar pulang, alamat kamu di mana?" "Aku bisa pulang sendiri, Tuan." Esti harus menolak ajakan Angga. Tidak mungkin dia pulang diantar majikan, dia khawatir mama Angga akan marah jika anaknya mengantar pembantu pulang ke rumahnya. "Ingat ya Esti, ini perintah!" "Tuan tolong jangan ucapkan kata-kata itu lagi! Aku beneran ngerasa enggak enak, kalau sampai nyonya tahu Tuan nganter aku pulang, aku bisa dipecat sama Nyonya." "Oh, kamu cuma takut dipecat aja kan? Kalau Mamaku mecat kamu, aku yang akan jadi majikan langsung kamu." "Maksudnya gimana, Tuan?" "Iya, aku yang akan minta kamu jadi pembantu di rumah, aku yang gaji kamu, enggak Mama lagi." "Aku pusing, Tuan. Nyonya sama Tuan kan sama-sama majikan. Udah ya, Tuan aku pulang dulu. Selamat malam." Angga menarik lengan Esti sebelum dia pergi menjauh. Esti memutar badan menghadap pria itu. Dia mendekatkan wajahnya ke telinga Esti dan berbisik, "Aku antar pulang atau aku cium kamu di sini di depan umum." Ancamannya Angga tidak main-main, membuat mata Esti membulat. Dia memilih pulang diantar pulang dari pada dipermalukan oleh pria itu. Tanpa bicara Esti berjalan menuju mobil Angga. "Besok-besok jangan antar aku lagi ya, Tuan!"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN