“Mas Dandi.” Langkah Hera terhenti, ketika melihat Dandi keluar dari lift. Saat tatapan mereka bersirobok dari jauh, pria itu membelokkan langkahnya menuju ke arah Hera. Pria itu tidak tersenyum dan hanya menatap datar pada Hera. “Si—” “Ada rapat 15 menit lagi, kan?” potong Dandi berhenti dengan jarak satu meter dengan Hera. Ia menenggelamkan satu tangan ke saku celana, lalu menoleh pada lorong yang mengarah ke ruangan Alpha sebentar. “Mas Dandi mau ikut rapat?” tebak Hera. “Aku punya hak untuk itu, kan?” Dandi justru bertanya balik. “Jadi, rapatnya di ruang yang kemarin? Atau di mana?” “Di atas.” Kaki Hera seolah terpaku dan tidak bisa beranjak ke mana pun. Jantungnya berdebar tidak karuan, karena khawatir dengan nasib perusahaannya ke depan. Hera berharap, setelah Alpha mendapatkan

