“Ini penawaran pertama dan terakhir.” Hermawan Soerapraja, melempar sebuah amplop cokelat di hadapan Alpha. Mendengar Agnes semakin sakit kepala dengan sikap Alpha, akhirnya ia pun turun tangan. Padahal, Hermawan paling tidak mau mencampuri urusan orang lain. Jika saja Agnes bukan kakaknya, maka Hermawan enggan menolong wanita itu. “Penawaran?” Alpha membuka amplop tersebut, lalu membaca dokumen yang baru dikeluarkannya dengan seksama. Semua orang yang mengelilingi meja makan, menunggu dalam diam dan tidak berani berucap apa pun, karena pertemuan malam ini sangatlah krusial. Keputusan yang akan diambil Alpha, akan menentukan bagaimana Hera akan bersikap ke depannya. “Apa ini!” seru Alpha Brak! Hermawan menggebrak meja di detik Alpha menyerukan suaranya. Terang saja beberapa orang lain

