“Bagaimana, Qai?” Jaya bertanya setelah mengungkapkan rencana yang telah dibuat bersama Dandi. “Bisa, kan?” Bagaimana bisa Qai menolak perintah Jaya kalau begini. Dahulu kala, ia meminta bantuan Jaya untuk membalas dendam pada Lingga dan pria itu setuju. Lantas sekarang, waktunya Qai membalas utang tersebut tanpa bisa menolak. “Bisa, Pa.” Tidak mungkin Qai berkata tidak. Daripada harus dimusuhi papa mertua dan keluarga Sebastian, maka ia mencari aman saja. “Oke!” Jaya tersenyum lebar. “Kamu yang atur skenarionya. Papa tahu beres!” Qai tersenyum, meskipun hatinya penuh keterpaksaan. Sekali lagi, ia akan berhadapan dengan situasi balas dendam dengan keluarga Mahawira. Padahal, Qai sudah ingin berdamai dengan semua hal dan hidup tenang seraya menyambut kelahiran anaknya. “Kalau bisa, bes

