Hesa menarikku masuk ke dalam toko yang menjual pernak-pernik perempuan. Dari mulai jepit rambut, karet rambut, bandana, aneka perhiasan, jam tangan, sandal warna-warni, tas lucu-lucu, hingga aneka bentuk topi serta pakaian cewek. Aku menatapnya bingung. Tadi di sekolah dia bilang mau ke toko buku, bukan toko accessories cewek. “Kemarin aku baru dapat kiriman dari Papa. Kamu beli sesuatu, gih,” bisik Hesa di telingaku. Kemudian dia mengedikkan dagunya ke arah barang-barang di depan kami. Kurasa sekarang mataku pasti sudah berbinar seterang lampu LED di rumahku. Hesa terkekeh, ia menggandeng tanganku lebih masuk ke dalam toko. Kupilih beberapa karet rambut warna warni, karena aku memang lebih sering mengikat rambut panjangku. Hesa mengambil bandana berwarna merah marun, mencoba memasangkan