Bara berdiri di luar gerbang sekolahku. Semalam, dia mengirim pesan ingin bertemu denganku. Aku menyelinap keluar kelas, begitu bunyi bel istirahat terdengar. Aku tidak ingin teman-teman, apalagi Hesa—tahu jika aku bertemu dengan Bara. Aku berjalan tergesa mendekati cowok yang sedang bersandar di gerbang sekolahku. Kemeja biru yang melapisi kaos hitamnya, bergerak tertiup angin--karena tak satupun kancing terpasang. Dia menegakkan tubuh, saat menyadari kedatanganku. Sepasang mata cowok itu tak mengalihkan pandangan dariku. Membuatku merasa bingung. Semalam dia tidak mengatakan kepentinganya menemuiku. Tidak ada chat lain, setelah aku menyanggupi permintaannya bertemu. “Ada apa?” tanyaku langsung, begitu tiba di depannya. “Apa hubungan lo dengan cowok itu?” bukannya menjawab pertanyaanku,