Mila masuk ke dalam kelas dengan wajah cemberut. Berbeda 180 derajat dengan saat dia tiba di kelas pagi tadi. Kutahan tawa yang sudah ingin segera keluar saat melihatnya menjatuhkan p****t di sebelahku. “Kalau mau ketawa… ketawa aja. Nggak usah pakai di tahan-tahan. Nanti jadinya kentut.” Sembur Mila saat matanya melirikku. Kututup mulutku dengan tangan agar tawa yang keluar tidak terlalu keras. Mila melirikku dengan tatapan sinis. “Salah kamu sendiri. Siapa suruh nge-cat rambut warna kuning. Helloooo… kita ini masih SMA. Belum kuliah,” ujarku setelah berhasil menepis tawa. Mila berdecak kesal. Sahabatku itu memelototkan mata ke arahku. “Ini warna bagus. Bu Nur aja yang sirik lihat aku tambah cantik,” katanya sambil bersungut-sungut, lalu menjatuhkan kepalanya ke atas meja berbantal len