Memberi ruang Atalia untuk bernafas, kalimat itu terus di dalam pikirannya Alvano. Merenungkan apa yang dia lakukan pada sang istri, memang sebuah kemustahilan Atalia memaafkannya. Apalagi ketika Alvano pulang ke rumah pertama yang mereka beli, kesunyian langsung mendominasi. Tidak ada lagi sosok yang datang mendekat dengan senyuman manisnya sambil berkata, “Cepet banget pulangnya. Udah makan? Mau disiapin air gak?” Mungkin, hal itu hanya bisa menjadi halusinasi Alvano saja. semakin sesak tatkala Alvano memasuki kamar mereka berdua. Waktu itu, Atalia begitu exited untuk mendekorasi kamar sesuai dengan keinginannya. Kaki Alvano melangkah ke kamar yang terhubung dengan kamarnya, yang diperuntukan untuk bayi mereka. Kekehan pelan terdengar tatkala melihat ada dua ranjang kecil di sana. Mung