Gue udah bilang, bakal berjuang bikin lo senang. —Angkasa *** Di depan ruang kerja ayahnya, Angkasa diam mematung sejak beberapa menit yang lalu. Ia mengangkat tangan kanannya akan mengetuk, tetapi belum sempat niatnya tersampaikan, lelaki itu mendesah ragu, lalu tangannya turun lagi. Begitu berulang-ulang. Sampai pintu itu terbuka dari dalam dan pria paruh baya keluar dari sana. Membuat Angkasa yang sempat mondar-mandir jadi tersentak. Arthur menatap anaknya heran. "Ngapain kamu malam-malam disini? Belum tidur?" "Itu, Angkasa mau bicara sama Papa," Angkasa mengusap lehernya merasa tidak enak. Ini sudah jam sepuluh malam, dan dia tahu sang ayah pasti sudah mau tidur. Tetapi Angkasa tidak bisa menahannya lagi, dia harus bicara. Alis Arthur terangkat penuh tanya, mempersilakan Angkasa