Hari ini, aku dan Sheila berencana pulang ke Tuban. Maklum saja, dua hari lagi pesta resepsi akan diadakan di salah satu hotel di sana. Ibu suda menyiapkan segala sesuatunya dengan baik. Contoh undangan sudah aku terima dan Sheila sangat suka dengan hasilnya. “Cantik sekali!” Begitu katanya dengan mata berbinar. Sebuah undangan mewah dan klasik berwarna merah marun dengan tinta emas dan tinta kecil membuatnya tampak mewah. Foto yang dipasang di sana adalah foto akad nikah kami. Ibu hanya ingin menegaskan kalau putranya ini benar-benar sudah melaksanakan ijab kabul beberapa waktu lalu. “Sudah siap, Yang?” Aku memasuki kamar setelah mengecek beberapa pekerjaan yang harus aku tinggal. Urusan rumah aku serahkan sepenuhnya pada Mak Ti. “Sebentar lagi,” jawabnya tanpa menoleh padaku. Kakiku