“Mama bagaimana?” tanya Jaka begitu melihat istri tercintanya keluar dari kamar sang mertua. “Udah istirahat. Kasihan dari tadi nangis terus.” Sheila melangkah mendekati suaminya lalu duduk tepat di sampingnya. Jaka mengelus pipi sang istri dari samping membuat wanita yang tadi teriak-teriak itu nyaman hingga dia merebahkan kepalanya di bahu sang suami. “Syukurlah kalau mama udah istirahat. Beliau pasti syok,” ucap Jaka. Sheila hanya mengangguk lemah. Tadi di kamar mamanya memang terus saja menangis. Air matanya terus menuruni pipinya meski tidak ada isakan yang keluar. namun tiba-tiba saja dia teringat siapa biang kerok penyebab mamanya bersedih sehebat itu. “Mbak Airin sama Mas Wahyu mana, Mas?” “Sudah pulang.” “Lalu hutangnya?” “Dibayar pakai emas, mobil, dan motornya. Cukuplah