“Mas, yakin ingin mengajak mama ke Lombok?” Sheila bertanya sekali lagi. Dia baru saja selesai membantu mamanya membereskan makan malam. Jaka yang sedang fokus dengan ponselnya, langsung mendongak. “Kenapa memangnya? Kamu nggak suka mama ikut?” Sheila mencebik. “Ish, bukan begitu, Mas.” Sheila duduk di tepi kasur. “Lalu apa, Yang? Kamu sepertinya keberatan mama ikut. Aku juga sebenarnya ingin bulan madu berdua sama kamu, Yang, tapi kondisi mama masih seperti itu. Apa kamu tega meninggalkannya sendiri?” tanya Jaka. Sheila tidak menjawab. Dia menghela nafas lalu merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Matanya menerawang. Langit-langit kamarnya seakan lebih menarik daripada suaminya. “Terserah kamu saja, Mas.” Akhirnya Sheila bersuara juga. Namun jawaban Sheila ini mengandung seribu makna, da