Di tempat tujuan, sudah ada yang datang duluan sebelum Dean. Selain Pak Prawira, ada dua orang lain yang Dean nggak kenal tapi pasti mereka orang KALA juga. Dean mendekat kepada Pak Prawira dan menyalaminya, lalu mengangguk kepada dua lainnya. Dia nggak tahu apa benar mereka seperti dugaannya, petinggi KALA atau cuma kenalan Pak Prawira yang kebetulan ketemu di tempat ini. Dean amati, tempat ini bukan kafe atau restoran dengan ruangan privat. Lebih mirip club house karena akses masuknya saja dibatasi. Kalau bukan karena ada orang Pak Prawira yang menunggunya di pintu masuk, sudah pasti Dean tak bisa berada di dalam saat ini. “Kamu pasti kenal sama mereka berdua kan?” tanya Pak Prawira ketika Dean sudah duduk di kursi keempat yang mengelilini meja bundar kecil. Dean menggeleng. Haruska

