Sulit untuk bersikap biasa-biasa saja setelah melihat langsung kejadian yang tak menyenangkan. Demikian juga dengan Pak Marwan. Rasa gugup jelas terlihat dari wajahnya ketika dia berpapasan dengan Adinagara keesokan paginya. Apalagi Adinagara tidak punya supir lagi pagi itu jadi dia meminta Pak Marwan menjadi supirnya. Sedangkan Zizi dengan gaya cerewetnya meminta Dean yang dilihatnya sudah segar pagi itu untuk segera mengantar dia dan Farah ke sekolah. Dean menuruti saja apa kata majikannya walau ada rasa khawatir terhadap Pak Marwan. Pasti dia ketakutan sekali setelah semalam melihat Adinagara menembak Rahmat, pagi ini dia harus menjadi supir pribadi lelaki itu. “Saya tahu Bapak melihat apa yang terjadi semalam,” kata Adinagara dengan gayanya yang tenang sambil membuka laptopnya di dal