Langkah kedua adalah menemui Pak Joko dan melaporkan semua kejadian yang selama ini dialami Dean. “Kenapa telat sekali memberi kabar?” kata Pak Joko ketika Dean menunjukkan foto-foto yang dia ambil di paviliun. “Ini cuma foto. Bakalan lebih kuat lagi kalau barangnya ada langsung.” “Aku nemuin di paviliun di rumah Adinagara. Kalau sekarang nggak tau masih disitu atau sudah pindah.” “Kelamaan kamu.” “Bukannya bersyukur aku masih hidup malah dapat makian.” “Emang kamu hampir mati apa? Kayaknya badan kamu makin bulet saja selama tinggal di sana. Enak ya? Terjamin ya?” Dean terkekeh dan mengibaskan tangannya. “Mana ada. Stres karena penghuni di sana sakit semua. Masa iya, main tembak gitu saja kayak di film koboi. Eksekusi di tempat kalau ada yang salah. Nyawa kayak nggak dihargai di ruma

