Agnes memandang wanita yang bertubuh kurus dengan mata cekung di hadapannya. Baru beberapa bulan saja sudah seperti ini kondisi sang mama, bagaimana dengan tiga tahun nanti. Miris. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau minta bantuan, mana ada orang yang percaya padanya. Bahkan kerabat mereka sendiri tidak akan mempercayai. Citra Agnes sudah buruk di mata mereka. Namun Agnes sendiri tidak mau sibuk untuk mencari pembenaran. Dia sudah tidak butuh pengakuan mereka. Terserah. "Mama, nggak usah mikirin utang itu. Semua sudah selesai. Salon di Pakuwon sudah bisa untuk melunasinya." Agnes bicara pelan. Bu Karlina hanya diam dengan tatapan kosong. Padahal salon itu paling ramai daripada dua salon lainnya. Tapi menyesal pun tak ada gunanya. Nasi sudah menjadi bubur. "Bagaimana kabar kakakm