"Ma, apa Mama masih ingat alamat keluarga papa di Semarang?" Pertanyaan itu seperti petir bagi Bu Karlina. Mereka hampir tidak pernah membahas hal itu berpuluh tahun sudah. Sosok pria itu seolah terlupakan begitu saja. Bu Karlina mengangguk pelan. "Ya, mama masih menyimpan alamatnya. Nanti mampir ke rumah, akan mama carikan di buku catatan. Maaf, selama ini mama terlalu kejam memutuskan tali silaturahmi kalian." Wanita itu meletakkan sendoknya. Sudah tidak berselera untuk makan. Herlina hanya mengangguk kecil, tetapi ada kerinduan yang samar terlihat di wajahnya. Rasa lelah menghadapi keadaan, sedikit bisa merubah tentang dirinya. Semenjak Hendy menikah, hidup Herlina terasa semakin hampa. Kemudian sibuk untuk menjatuhkan Elvira, sibuk mencari cara untuk kembali meraih dokter anestesi i