Gita tak bisa memejamkan matanya. Hampir tiga jam ia terus terjaga, setelah kejadian di meja makan tadi. Ingatan akan ucapan Bara serta sikap pria itu yang berubah drastis setelahnya, membuat otak Gita yang tumpul ini terus menerka-nerka. Memaksakan diri mencerna dengan baik apa yang Bara maksud. "Jawab! Kenapa kau diam saja? Kenapa? Hah?" Bara mengguncang tubuh Gita, menuntut sebuah jawaban atas pertanyaan yang dia lontarkan. "Aku ...." Tapi bibir Gita selalu kelu setiap kali dia mencoba membuka mulutnya. Suaranya tercekat di tenggorokan, rangkaian kalimat yang mati-matian dia susun dalam benaknya seketika buyar. Gita tidak bisa memberitahu Bara alasan yang membuat dirinya harus pergi. Merasa tak akan mendapat jawaban apa pun dari Gita, Bara lantas melepaskan cengkramannya pada bahu w