Semakin hari, Nendra semakin disibukkan dengan pendidikannya. Dari satu stase ke stase berikutnya, rasanya ia tak pernah bisa mendapatkan istirahat yang cukup. Jangankan bisa bertemu dengan Davina, mendapatkan tidur yang cukup pun sudah sulit. Nendra, kadang harus menggantikan jam kerja konsulennya. Dan dia masih harus membuat laporan dan mengerjakan tugas-tugasnya. Satu-satunya penghiburan Nendra adalah telepon dari Davina. Berbicara dengan gadis itu selalu bisa membuatnya kembali bersemangat untuk menggapai semua impiannya. “Ya, Kak,” sahut Davina lembut. “Sudah selesai praktek?” “Sudah. Kak Nendra dimana?” “Rumah sakit.” “Lagi istirahat?” “Iya ini sambil bikin laporan.” Zayn yang menyetir di samping melirik kakaknya. Dialah yang kerap mengantarkan kakak angkatnya itu bertemu de