“Undangannya mulai jam sebelas kan, Ndra?” tanya ibunya memastikan saat Nendra sedang bersiap untuk ke rumah Davina. “Iya. Papa sudah tahu kan tempatnya?” tanya Nendra pada ayahnya, memastikan. “Sudah. Deket rumah sakit kan?” “Iya. Nanti kabari Nendra kalau sudah sampai ya Pa.” “Ndra, bawa diri baik-baik. Tamu-tamunya dokter Abbas, mungkin banyak orang penting. Dan pasti banyak dokter senior dan orang kesehatan.” “Iya, Pa. Nendra akan lebih hati-hati kalau ngomong dan bersikap. Nendra pamit dulu.” Nendra mengendari mobil yang sudah siap dilepasnya. Saat ini ia tak terlalu membutuhkan benda itu. Ia ingin bisa membiayai pendidikannya sendiri. Ia baru menyadari semua nasehat ibunya tentang menyimpan uang. Dulu, ibunya memang menginginkan Nendra di rumah saja agar tidak perlu mengeluark