Abi kecil tidak akan pernah mengerti kenapa dirinya diperlakukan berbeda. Sangat berbeda. Bahkan, diusianya yang ke tujuh tahun, Abi merasa tidak pernah dekat dengan sang mama. Lebih parahnya, Abi merasa seperti diasingkan sendirian. Seperti sekarang, Abi hanya berani mengintip di balik tembok saja. Di ruang makan, berisi oleh papa, mama, kakak, dan adiknya. Mereka makan malam bersama tanpa Abi. Hal ini bukan pertama kali dialaminya, tapi hal ini selalu dialaminya. Abi hanya diperbolehkan makan dengan Mak Ratih–pembantu sekaligus pengasuhnya. Sebuah tepukan mendarat di bahu Abi, membuatnya sedikit tersentak karena terkejut. Abi menoleh, dilihatnya Mak Ratih tersenyum, jenis senyum iba. “Ngapain Aden di sini? Ayo makan malam. Mak sudah siapin makanan kesukaan Aden.” Abi terdiam, kemudian