Bab 2 Secara sepihak

1446 Kata
Suasana Bar Savana mendadak jadi gaduh, akibat tindakan yang di lakukan Giska. Wanita itu menggertak rombongan Rama dan teman-temannya. Ketika Giska hampir mengayuhkan tongkatnya, sontak Rama pun meringkuk menutupi kepalanya dengan kedua tangan. Tetapi siapa sangka, rupanya Giska bukan ingin memukulnya dengan tongkat. Melainkan menendang bagian titik vital Rama, hingga membuat Pria itu meringis kesakitan. " Rasain tuh! Itu belum seberapa dengan apa yang sudah kamu lakukan di belakang Sinta! " Sergah Giska, merasa puas. " Dasar perempuan gila! Kamu pikir kamu siapa, hah! Akkkh... " umpat Rama, di susul dengan lenguhan pada bagian vitalnya. Sementara itu dari kejauhan, Rupanya Nicolas juga berada di Bar tersebut bersama dengan teman-temannya. Pemandangan itu, membuat Nicolas berpikir bahwa Giska sedang melabrak Suaminya. Sontak Nicholas pun marah! " Apa selama ini aku cuma Kekasih gelapnya? Bagaimana bisa dia sepintar ini, menyembunyikan statusnya?! " Gumamnya tiba-tiba merasa kecewa. Di tambah, teman-teman Nicolas semuanya mengompori dirinya. Akhirnya Nicolas terjebak di lingkaran alkohol. Kegaduhan itu tak membuat Nicolas berlari menghampiri Giska dan meminta penjelasan. Ia hanya yakin, bahwa Giska selama ini telah mempermainkannya. " Udahlah, wanita banyak masih banyak. Buat apa pertahanin Kak Giska?! " Celetuk Roy, salah satu teman Nicolas. Teguk demi teguk alkohol, telah masuk ke dalam tubuh Nicolas. Sementara di sudut lain, Vera dan Andre segera menyeret Giska dari keributan itu, sebelum Giska semakin menggila. Lagi-lagi, pemandangan saat Andre menyeret Giska membuat Nicolas salah paham. Ia menjadi semakin yakin, untuk tidak lagi mempertahankan Giska. " Ternyata aku benar-benar cuma mainan! " Gumam Nicolas, menatap dari kejauhan. Sejauh ini, Pacar-pacar sahabat Giska belum ada yang pernah bertemu dengan Nicolas. Alasannya karena Giska cukup minder, karena berpacaran dengan Pria yang lebih mudah darinya. Selain itu, Giska rupanya tidak mengetahui sosok keluarga Nicolas selama ini. Kini, Vera dan Andre berhasil membawa Giska ke tempat parkir. Disana Andre terlihat kewalahan, mengatasi Giska dan Vera. " Kenapa kalian menghentikanku sih? Aku kan sedang memberinya pelajaran! " Gerutu Giska, merasa belum puas. " Gis, sebaiknya sudah cukup. Kita nggak tau, dampaknya nanti akan seperti apa kan? Biarkan Rama dan Sinta mengatasi masalah rumah tangganya sendiri! " Ujar Andre, menasehati Giska, sama seperti dirinya menasehati Vera. Giska masih saja mendengus kesal pada Andre. " Ini berlaku juga buat kamu. Kalau kamu macam-macam sama Vera, kamu akan berhadapan langsung denganku!!! " Sergah Giska, memberi ancaman. " Iya, aku mana berani?! Lebih baik kalian pulang saja sana! Ini sudah malam " Pinta Andre, menyuruh mereka berdua pulang. " Apa??? Aku pulang sendiri, kamu anterin tuh Vera! Byee!!! " Merasa sadar posisi, Giska memilih pulang sendiri. Melihat punggung Giska yang semakin jauh, membuat Vera terharu. Bahkan sudah beberapa tahun, Giska masih saja sama. Ia paling tidak terima, jika salah satu temannya di khianati. " Giska-giska, ada-ada aja kamu! " Gumam Vera, tersenyum menatap kepergian Giska. Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam. Amarah Giska mulai mereda, setelah melampiaskan kekesalannya pada Rama. Kini Giska sedang dalam perjalanan pulang. Saat Giska baru saja melajukan mobilnya setelah lampu hijau, tak sengaja ia melihat sebuah adegan perampokan di jalanan yang cukup sepi. " Hah, apa lagi ini? Kenapa orang-orang mudah banget sih, berbuat jahat?! " Gumam Giska, menghela napasnya. Walau terlihat tidak peduli, tetapi Wanita itu menepikan mobilnya dan mengarahkannya ke tempat orang-orang yang sedang berusaha merampok itu. Akibatnya, perampok itu hampir terjatuh. Namun mulutnya mengumpat tajam kepada sang pemilik mobil, yaitu Giska. " Bgs*t!!! " Umpat perampok berbadan besar itu. Tak lama kemudian, Giska turun dari mobil hingga membuat Dua perampok itu tersenyum meremehkannya. " Cih, ternyata cuma seorang Gadis! " " Sialan! Kenapa kamu menabrak kami??? " " Kenapa? Kenapa kalian merampok jam segini? Nggak malu apa sama penjual gorengan yang baru berangkat??? " Cibir Giska, menantang dua preman di hadapannya. " Heh, jangan ikut campur. Ini pekerjaan kami, lebih baik kamu pergi sebelum kami melukai wajah cantikmu! " ujar perampok tersebut. " Ah, makasih sebelumnya. Selain cantik, aku juga nggak suka melihat tukang palak seperti kalian! Pergi atau aku lapor polisi?! " Sama seperti yang di lakukan perampok tersebut, Giska pun pandai mengancam. " Sialan, tukang palak katanya? Sudah sangar begini di bilang tulang palak?! " Gumam perampok tersebut dalam hati. " Aku juga suka, Wanita ngeyel sepertimu. Sebaiknya kamu nggak menyesal karena berurusan dengan kami! " Salah satu dari perampok itu tiba-tiba mengeluarkan b3l*ti dari dalam kantong jaketnya. Mereka lalu menodongkannya pada Giska. Namun terlihat tidak ada rasa khawatir pada Wanita itu. " Cukup!!! Saya nggak punya uang cash, percuma kalian merampok saya! " Suara bariton seseorang yang hampir di rampok itu, kini terdengar di antara perdebatan Giska dan dua perampok itu. " Kamu pikir aku bodoh? Serahkan dompet dan Jam tanganmu, cepat!!! " katanya, sambil mengacungkan belati ke arah Pria itu. Tak menunggu lama, Pria itu lalu mengeluarkan dompetnya dari dalam saku celananya. Namun sebelum itu terjadi, Giska menendang tangan perampok tersebut, hingga membuat Belati terjatuh ke tanah. Tak hanya itu, Giska bahkan menendang kaki kedua perampok itu dengan keras. Alhasil, mereka pun tersungkur kesakitan, dan mengumpat kasar kepada Giska. Sementara itu, Giska menyeret paksa Pria itu dan segera membawanya ke dalam mobil. Tanpa aba-aba, Giska segera melajukan mobilnya dan melarikan diri dari dua perampok itu. Malam ini, Giska benar-benar melewati hal yang tak biasa dari hari sebelumnya. Tanpa ia sadari, sepasang mata di sampingnya menatap lekat Giska yang sedang fokus mengemudi. " Apa kamu tau, tindakan kamu tadi itu bahaya? " Ujar Pria itu, tanpa ekspresi. Sementara itu, Giska masih sesekali memerhatikan ke arah belakang, barang kali perampok tadi mengejarnya. Kini Wanita itu menghela napas, dan barulah menanggapi Pria yang ada di sampingnya. " Ah, anda nggak apa-apa kan, Pak? Tenang saja, kita sudah aman! " Tutur Wanita itu, menatap Pria yang baru saja ia tolong. " Saya baik-baik saja. Tolong antarkan saya ke Hotel Bulgary! " Katanya lalu menatap fokus ke depan. Tatapan Giska kini berganti sinis, setelah melihat sikap dingin Pria itu. Bahkan berterimakasih saja tidak! Cih. Tanpa menjawab, Giska pun segera menambah kecepatan lajunya dan segera menuju ke Hotel Bulgary. Suasana di dalam mobil sangat hening, dan tidak ada obrolan apapun. " Apa Wanita ini tidak punya rasa takut? Kalau perampok tadi melukainya bagaimana? Benar-benar ceroboh! " Gumam Pria itu dalam hati. Tak lama kemudian, tibalah Giska di Hotel Burgary. Pria itu lantas segera keluar dari mobil, " Oh ya, siapa namamu? " Tanya Pria itu, sebelum turun dari mobil. " Giska, " " Baiklah, saya akan membayarmu nanti. Hubungi nomor ini, dan katakan berapa nominalnya. Dia nanti akan mentransfer biaya-nya! " Tanpa ekspresi, Pria itu memberikan sebuah kartu nama beserta dengan nomor yang bisa di hubungi. Giska yang kebingunganpun hanya tertawa bodoh, dan menatap punggung Pria itu yang semakin tak terlihat. " Apa-apaan orang itu? Memangnya susah ya, bilang terimakasih?! " Gerutu Giska, karena telah menolong orang menyebalkan sepertinya. Giska merupakan tipe orang yang tidak bisa tinggal diam, melihat orang lain kesulitan. Meski begitu, Penampilan Giska cukup menarik dimata para Pria. Parasnya yang cantik dan tidak membosankan, membuat siapa saja tertarik padanya. Namun sejauh ini, ia hanya setia dengan pacarnya, yaitu Nicolas. Wanita itu kini melajukan mobilnya, sambil mendengus kesal. Bisa-bisanya, amarahnya kembali di buat menganga oleh Pria yang baru saja ia tolong. Saat sedang mengemudi, Giska tak sengaja melihat ponselnya yang sedang dalam mode senyap, tiba-tiba menyala. Giska lalu menurunkan laju mobilnya, dan menyambar ponselnya. Betapa kagetnya Giska, ketika melihat beberapa panggilan dari Nicolas. Selain itu, ia juga mendapat satu pesan mencengangkan dari Nicolas. Hal itu Sontak membuat Giska menginjak rem-nya dalam-dalam! " Aku mau kita putus! Mulai sekarang, kita sudah nggak ada hubungan lagi. " Begitula pesan yang di kirimkan oleh Nicolas. Wanita itu spechless membaca pesan tersebut, hingga membuat Giska segera menghubungi Nicolas. " Apa-apaa anak ini? " Gumamnya, merasa gelisah, menunggu jawaban dari Nicolas. Tidak ada angin tidak ada hujan, tiba-tiba Giska di pustuskan secara sepihak oleh Nicolas. Saat ini, Wanita itu tengah menepi di tepi jalan. Menunggu Nicolas menjawab panggilannya! Namun ia ia telah menghabiskan waktu selama 15 menit, untuk mendapat jawaban dari panggilannya. Tepat pukul 00;30, dan pada panggilan yang entah ke berapa kalinya, Nicolas akhirnya menjawab panggilan Giska. " Nick, apa maksudmu mengatakan itu? Seenggaknya katakan sesuatu, jangan memutuskanku secara sepihak begini??? " Tanpa menunggu lagi, Giska langsung mengutarakan kegelisahannya. Bagaimanapun hubungan mereka sudah terjalin selama hampir tiga tahun, dan itu bukan waktu yang sebentar. " Maaf, Nick sudah tidur! " Jedar!!!! Bukan Nicolas yang menjawab, melainkan suara Wanita yang menjawab panggilan Giska. " Siapa kamu? Dimana Nick??? " Mendengar suara Wanita lain menjawab panggilannya, tentu membuat Giska naik pitam. " Siapa aku tidak penting. Kami baru saja menghabiskan waktu bersama, sepertinya kami akan sibuk. Aku tutup dulu! " Katanya, dan di susul dengan menutup panggilan. " Br3ngs*k!!! Jadi ini mau kamu, Nick? Oke!!! " Next---
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN