Bab 1 Hidung belang

1733 Kata
Giska Adelina, seorang Wanita 24 tahun berprofesi sebagai sales marketing di perusahaan otomotif terkenal. Sejak dirinya di rekrut sebagai sales marketing, Wanita yang kerap di sapa Giska ini selalu menjadi karyawan terbaik. Atas kerja kerasnya, di tahun ketiga ini Giska telah menjadi Supervisor di divisi penjualan. Hal itu membuat beberapa orang berpikir negativ tentang-nya. Apalagi, Giska termasuk anak yang baru bergabung di Perusahaan. Sedikit banyak, tentu banyak yang iri pada pencapaiannya. " Selamat ya Gis, atas kenaikan jabatanmu " Ucap seorang atasan, bernama Tomy. Beberapa dari mereka memberikan selamat pasa Giska, dan memberikan penghargaan berupa vocher belanja maupun buah tangan lainnya. Giska dengan senang hati, menerima niat baik mereka. Bahkan ia sendiri tidak menyangka, akan mencapai pada titik ini. " Cih, aku yakin dia pasti memanfaatkan kecantikannya untuk naik jabatan! Dengan wajah seperti itu, mudah saja kan menggoda atasan kita?! " Bisik seseorang dari kejauhan. " Eh, jangan-jangan rumornya benar ya, kalau Giska berpacaran sama anak pemilik perusahaan. Siapa namanya, duh, aku lupa! " timpal salah satu dari mereka. " Maksud kamu Nicholas? Apa kamu gila? Dia kan baru lulus kuliah tahun kemarin?! " Sergah salah satu wanita yang sedang bergosip itu, bernama Ayu. " Halah, kemana aja kamu? Giska itu udah pacaran sama Nicolas, sejak mereka kuliah. Tentu saja, pacaran beda usia! Kamu tuh yang gila! " Gerutu Rina, menjawab. " Kalau begitu, jawabannya sudah pasti. Giska pasti sudah memanfaatkan Nicholas, dan meminta Ayahnya buat menaikan jabatan Giska! Dasar wanita j*l*ng! " Umpat Ayu, merasa tak terima. Ayu telah bekerja selama 6 tahun di Perusahaan tersebut, namun dari pihak atasan belum juga memberikan posisi yang lebih baik untuknya. Melihat perkembangan Giska yang begitu pesat, Ayu merasa tak terima. Hingga mengumpatnya dengan berbagai kata! Lain dari pada itu, Nicolas adalah Putra tunggal pemilik perusahaan, dimana Giska bekerja, yaitu WR Grup! Memang benar apa yang baru saja di gosipkan oleh beberapa Wanita itu, bahwa Giska telah menjalin hubungan dengan Nicolas sejak mereka saling mengenal di kampus. Usia yang terpaut dua tahun lebih muda, tak membuat Nicolas menyerah dengan cintanya kepada Giska. Namun begitu, Giska masuk ke Perusahan WR grup bukan rekomendasi dari Nicolas, melainkan karena keinginannya sendiri. Saat itu, Giska telah mengajukan lamaran pekerjaan di beberpaa perusahaan, namun ia lebih dulu di terima di WR Grup, sebagai sales marketing. Daripada menganggur setelah lulus, Giska pun dengan senang hati menerima pekerhaan tersebut. Hingga seiring berjalannya waktu, Giska mulai menyukai pekerjaannya, dan sampai saat ini telah naik jabatan sebagai supervisor. Tak ada alasan lain untuk mencari pekerjaan yang lain. Baginya, ini sudah lebih baik karena telah menjadi supervisor di usianya yang masih sangat muda. Hari telah berlalu sebagaimana semestinya, Sore ini Giska pulang menggunakan mobil, fasilitas dari perusahaan. Namun kepulangannya kali ini bukan ke rumah, melainkan ke sebuah restoran. Disana, sudah ada beberapa orang yang menantinya. Mereka adalah Vera, jelita dan juga Sinta. Ketiga Wanita itu adalah sahabat Giska sejak kuliah, mereka berencana untuk merayakan pencapaian Giska dengan makan-makan di Restoran tersebut. Setibanya disana, Giska berpelukan manja dengan ketiga temannya. " Aduh, sayangku... Kamu sudah dewasa ya, sudah naik jabatan. Kakak bangga padamu! " Timpal Vera, berbicara seperti orang dewasa. " Selamat ya, Gis! " " Selamat Gopret-ku! " " Ahh, makasih yaa kalian semua, sudah mau meluangkan waktunya untuk bertemu! Rasanya sulit banget sekarang, kalau mau kumpul begini " Giska menyahuti mereka sambil berpelukan. " Kita pasti akan meluangkan waktu kok sesekali. Apalagi untuk hal penting seperti ini. Wajib banget ketemu! " ujar Vera, mempersilahkan Giska untuk duduk. " Baiklah, ayo pesan makanan. Biar aku yang traktir! " Tutur Giska, dengan senang hati. Mereka pun terlihat antusias, untuk memesan hidangan mahal malam ini. " Sin, kamu kesini sama siapa tadi? " Tanya Giska, memperhatikan Sinta. " Aku kesini naik taxi tadi, hehe. " Sahutnya, tanpa beban. " Kenapa nggak minta di antar Suamimu aja? Kamu kan lagi hamil besar! " Tutur Giska, sambil mengelus perut buncit Sinta. " Dia belum pulang, Gis. Jadi aku cuma mengirim pesan sama dia, kalau aku mau berkumpul dengan kalian. " Sahut Sinta, tersenyum simpul. " Tetap saja, kalau begitu. Biar nanti aku yang antar kamu pulang, ya? " Ucap Giska, penuh perhatian. " Iya. Makasih ya, Gis! " Di antara mereka berempat, hanya Sinta yang sudah menikah dan sedang hamil anak pertamanya. Saat ini, kehamilan Sinta sudah memasuki bulan ke 8 sehingga perutnya sudah terlihat membesar. " Aku ke toilet dulu, ya? " Ucap Giska, merasa kebelet. " Eh, sekalian bareng yuk! " Vera pun menimapali Giska, dan menyusul langkahnya untuk ke Toilet bersama. Kedua Wanita itu lalu menuju ke toilet secara bersamaan, untuk buang air kecil. Setelah menyelesaikan urusannya masing-masing, Vera dan Giska kini mencuci tangannya di wetafel. " Gis, wajahmu mulus banget. Pakai apa sih? Kasih tau dong, biar aku glowing juga sepertimu! " Ujar Vera, berdiri di samping Giska yang sedang membasuh tangannya. " Pakai air wudhu! " Celetuk Giska, menggoda Vera. " Ck, s¡alan! Serius nih. " Sergah Vera, kesal. Saat mereka sedang mengobrol, tiba-tiba ponsel Vera berbunyi notif. Terlihat sebuah notif pesan dari Andre, pacar Vera. Lantas Vera pun segera membuka isi pesan tersebut. Sejenak ia terdiam, ketika Andre mengiriminya sebuah foto. Tanpa ragu, Vera pun menunjukkannya pada Giska. " Gis, lihat deh. Andre mengirim foto ini sama aku! " Tutur Vera, mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar. Melihat itu, Giska pun membelalakkan kedua matanya. " Ini kan Rama? Siapa Wanita di sebelahnya? Kenapa mereka mesra banget! " Tak percaya, tapi foto tersebut di kirim oleh Andre, Pacar Vera. Dalam pesan, Andre mengatakan bahwa dirinya sedang bersama teman-temannya di Bar, dan tak sengaja melihat Suami Sinta sedang bersama Wanita lain. Di antara mereka, tentu mengenal satu sama lain pasangan mereka, sehingga tak ayal jika Andre mengirim foto Rama bersama Wanita lain kepada Vera sekaligus untuk memastikan. Melihat foto tersebut, membuat Vera maupun Giska emosi. Bagaimana tidak? Sinta sedang hamil besar saat ini, sementara Suaminya malah asyik-asyikkan bermain Wanita di belakang Sinta. " Pria br3ngsek! Beraninya dia mempermainkan temanku?! " Sergah Vera, tak terima. " Mereka dimana katanya, Ver? Sepertinya kita perlu menghajarnya! " Begitu pula dengan Giska, yang merasa naik pitam, ketika mengetahui sahabatnya di selingkuhi oleh Suaminya. Walaupun memang betul, itu urusan rumah tangga mereka, namun Giska dan Vera tidak bisa tinggal diam melihatnya. " Mereka di Bar Savana! " Sahut Vera, mendengus kesal. " Ck, awas aja! Aku akan memberinya pelajaran! " Tutur Giska, penuh rencana. " Gis, apa sebaiknya kita kasih tau soal ini sama Sinta? " Tanya Vera, mengkhawatirkan Sinta. " Sebaiknya jangan dulu, Ver. Aku takut akan mengganggu kandungannya, jadi lebih baik kita tahan saja dulu. " Mereka terpaksa menyembunyikan semuanya pada Sinta. Semua ini ia lakukan, karena tidak ingin memberikan tekanan pikiran kepada Sinta yang sedang hamil. " Baiklah, ayo kita kembali. Mereka pasti menunggu kita! " Keduanya lalu kembali ke meja, setelah merampungkan aktifitasnya. Waktu berjalan begitu cepat, perkumpulan mereka pun di akhiri ketika hari sudah menunjukkan pukul 20;30. Seperti yang sudah di rencanakan, Giska berencana untuk mengantar Sinta pulang lebih dulu. Namun disana Vera juga ikut bersamanya. Sementara Jelita, ia pulang lebih dulu dengan mobil-nya. Tak butuh waktu lama, Mereka akhirnya tiba di rumah Sinta. " Apa kalian mau mampir? " Ujar Sinta, akan turun dari mobil. " Lain kali aja deh, Sin. Kamu istirahat yang cukup ya, bentar lagi kan keponakan aku mau lahir! " Tutur Giska, perhatian. " Makasih ya, Gis. Ver. Kalau gitu aku masuk dulu, kalian hati-hati di jalan ya?! " Setelah berpamitan, Giska kini kembali melajukan mobilnya. Ekspresi wajahnya kembali datar, ketika dirinya akan menuju ke Bar Savana. " Pelan-pelan, Gis! " Tegur Vera, melihat Giska yang semakin mempercepat laju mobilnya. " Nggak bisa! Aku harus beri dia pelajaran! " Sahutnya, menatap lurus ke depan. Saking fokusnya, Giska sampai mengabaikan beberapa panggilan tak terjawab dari Nicolas. Beberapa menit kemudian, tibalah Mereka di Bar Savana. Mereka segera bergegas masuk, mencari keberadaan Andre terlebih dulu. Sebelum datang kesana, Vera telah menghubungi Andre, sehingga mereka bisa dengan cepat menemukan Andre. " Kalian sudah datang?! " Ujar Andre, sudah lama menunggu. " Dimana baj¡ngan itu? " tanpa basa basi lagi, Giska menanyakan keberadaan Rama. " Itu disana! " Sontak Andre pun segera menunjuk ke arah Rama, yang tak jauh dari mejanya. Disana, Rama masih saja bermesra-mesraan dengan Wanita seksi. Bahkan Wanita itu duduk di atas pangkuan Rama, hingga semakin membuta Vera dan Giska naik pitam. " Pria s¡alan!!! " Umpat Giska, berjalan menuju ke arah Rama. " Beraninya dia! " Begitupun dengan Vera, yang juga mengikuti langkah Giska. Namun sayangnya, Andre menghentikan Vera. " Yang, kamu mau ngapain sih? Lebih baik kalian jangan ikut campur! " Tegur Andre, menasehati. Ia tidak ingin masalah menjadi rumit, jika Vera ikut campur urusan orang lain. Melihat Giska yang sudah semakin jauh, membuat Andre menghela napasnya. Bagaimanapun, ia tak bisa menghentikan dua orang Wanita sekaligus. " Tapi dia mengkhianati sahabatku, Ndre! Dia bahkan sedang hamil besar! " Sentak Vera, meninggikan nada suaranya. " Iya aku tau, tapi aku nggak mau kamu terlibat! " Andre bersikeras menentang tindakan Vera. Ketika keduanya sedang berdebat, tiba-tiba mereka mendengar suara gaduh. Rupanya, Giska benar-benar telah memberantas perselingkuhan Rama dengan Wanita penghibur. " Apa-apaan ini? " Sentak Rama, ketika merasakan guyuran air es di kepalanya. " Ka-kamu kan? " Rama terbata, begitu melihat Giska ada di hadapannya. Selain itu, Giska bahkan memegang sebuah tongkat, dan bersiap untuk memukul. Melihat itu, Vera dan Andre pun membelalakkan kedua matanya. Di antara siapapun yang ada disana, Vera dan Andrelah yang paling tahu bagaimana karakter Giska. " Heh, kamu yang apa-apaan? Beraninya kamu mesra-mesraan dengan Wanita penghibur ini! Istrimu sedang hamil, tapi kamu asyik-asyikan disini. Bebedah macam apa kamu??? " Kegaduhan itu membuat Giska menjadi pusat perhatian. " Gis, jangan salah paham. Kami disini hanya sedang membicarakan soal bisnis, benarkan teman-teman? " Rama pun panik, dan meminta perlindungan rekan-rekannya dengan beralibi membahas bisnis. " Oh, jadi sedang membicarakan bisnis? Aku ingin tau, bisnis apa yang kalian bicarakan sampai memangku Wanita seperti ini? Apa bisnis kalian, bisnis prostitusi??? " Tanpa rasa takut, Giska mengacungkan tongkat ke arah satu persatu para Pria yang ada disana. " Heh, memangnya apa urusanmu datang kesini? Memangngnya dia Suamimu? " salah satu di antara mereka, akhirnya ada yang menentang tindakan Giska. " Wahh, benar-benar ya! Aku nggak peduli dengan yang kalian lakukan. Kecuali kamu! " Giska menunjuk tongkat ke arah Rama, dan bersiap untuk memukulnya. Rasanya sudah tak tahan lagi, melihat para p****************g ini banyak bicara. Bersambung...
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN