Mahesa menatap dengan tatapan prihatin dan miris pada ruangan yang diteralis besi di semua sisinya. Namun dia masih bisa melihat dengan jelas keadaan di dalam sana. Mario yang berada di sisinya juga menatap dengan miris pada sosok wanita yang terlihat begitu berantakan dan terlihat berbicara sendiri, sesekali tertawa-tawa, namun beberapa saat kemudian menjerit-jerit histeris. Itu Jasmine, yang kini berakhir dengan begitu menyedihkan di rumah sakit jiwa. Wanita itu kini tidak lagi memiliki kewarasannya, yang dia ingat hanyalah cinta pria dalam hidupnya. Mahesa. “Mahesa … Mahesa kamu mau ke mana? Aku di sini! Kenapa kamu terus berjalan! Kamu berjanji akan mengajakku menonton kan?!” Itu teriakan Jasmine pada sosok perawat yang melewati ruang rawatnya. Lalu detik berikutnya wanita itu t