Kampus STIE TIME, Aisyah masuk pagi diantar oleh sopir pribadi David. Satu mobil di belakang sebagai penguntit atau memantau aktivitasnya.
Sebenarnya dia sedikit tidak nyaman dengan tindakan oleh pria itu. Sebelum berangkat, David sudah memerintahkan mereka untuk tetap mengawasinya. Karena di luar bisa saja orang lain melakukan tindakan tidak bermoral terhadap calon istrinya.
Pada saat Aisyah keluar dari mobil, banyak yang melirik arah depan gerbang kampus. Mereka pada mengarah mobil yang mungkin terlihat berbeda dipakai olehnya. Aisyah sudah berapa kali mengatakan pada sopir untuk diturunkan jauh dari kampus, tetap tidak dituruti. Teman-temannya mulai menghampirinya. Telah jauh dari mobil itu, mereka berdua bertanya-tanya.
"Kau dijemput sama siapa? Keren banget mobilnya," seru Tasya mengapit lengannya.
"Mobil Papaku," jawab Aisyah berbohong.
"Benarkah?" Aisyah mengangguk.
"Tapi, keren, loh!" seru Luna.
Sedangkan pemantauan mereka ada di mana-mana. Menyamar menjadi satpam, tukang bersih, tukang parkir, sampai tukang pengantar minuman di kantin. Aisyah merasa hidupnya semakin tidak menyenangkan.
Di kelas saja pengajaran mata kuliah berlangsung, Aisyah merasakan ada yang mengawasi dari belakang. Kenyataan anggota David sedang menyamar jadi tukang CCTV. Mata kuliah pertama dan kedua selesai, hari mulai siang. Aisyah akan segera ke tempat kerjanya yaitu kerja Part Time di Holamart. Swalayan dekat Pabrik Plastik percetakan.
"Bisakah turunkan saya di sini saja?" Permintaan Aisyah menyuruh sopirnya berhenti sedikit jauh dari tempat kerjanya.
"Tapi, Nona ..."
"Saya minta berhenti!" Aisyah sangat kesal banget sama sopirnya.
"Baik."
Tepat berhenti tak jauh dari swalayan ia bekerja, Aisyah turun. Anggota lain ikut turun posisi mereka berpencar. Seperti anak raja harus di kawal dulu. Sedangkan David sedang sibuk dengan kertas di mejanya. Sebuah ponsel berdering tepat di sebelahnya. David melihat layar dari anggota Antonius.
"Ya, Ada apa?"
"......"
"Biarkan saja, kalian cukup mengawasi dari jauh. Jangan sampai kelalaian, kalian mengerti!"
"......"
"Pokoknya sangat sampai ada yang melukainya. Siapa pun berani mencelakakan dia, berikan pelajaran sampai mereka jera!"
Akhir panggilan terputus, David kembali melihat kertas di hadapannya. Sebuah pintu terbuka seseorang masuk. David melirik dengan ujung tanduknya, seorang wanita berpakaian seksi mendekati meja kerja David. Ekspresi David tidak mempengaruhi kehadiran wanita itu.
****
Di rumah keluarga Ratnasari, Lidya dan Meisya mondar-mandir, mereka sedang memikirkan cara agar Aisyah bisa membatalkan pernikahan dengan David.
"Kamu bisa berhenti nggak sih! Mondar-mandir kayak setrikaan. Pusing kepalaku, tau nggak!" omel Lidya - kakak tertua.
"Aku sedang memikirkan cara agar Aisyah dibenci sama Tuan David!" pungkas Meisya
"Ya, bisakah kau tidak membuat kedua mataku sakit karena bolak balik tidak jelas itu!"
"Ada apa sih kalian berdua? Dari semalam ribut terus?!" tegur Helena.
Membawa potongan mangga untuk kedua putri tersayangnya. "Ma! Bagaimana bisa Aisyah terpilih jadi calon istrinya! Bakatnya saja tidak punya. Bisa-bisanya dia yang direpotkan oleh Tuan David!" Lidya merasa tidak terima kalau keberuntungan ada pada Aisyah.
"Kalian tenang! Masalah ini bisa di atasi. Tuan David memilih Aisyah sebagai istrinya. Kita bisa meminta kepada Aisyah. Tentu Aisyah tidak mungkin tega pada keluarganya sendiri," kata Helena memberi solusi kepada kedua putrinya. Lidya dan Meisya tentu tidak kepikiran sejauh itu.
"Mama benar, kenapa gak aku pikirkan sampai di sana! Mama benar pintar banget soal masalah ini. Jadi Papa bagaimana? Soalnya Papa paling sayang sama Aisyah! Takutnya Papa malah larang kita." Meisya yang sudah bersemangat memikirkan cara lain, namun permasalahan ada pada Johan - ayahnya.
"Soal Papa gampang itu. Pokoknya setelah Aisyah sudah menikah dengan Tuan David, rencana itu baru di jalankan."
Ketiga perempuan di ruang tamu tertawa hingga terkikik, sementara Johan hanya bisa menggeleng lihat sikap putrinya terlalu dimanjakan oleh ibunya sendiri.
****
"Syah, kau tidak merasa aneh sama orang di luar sana?" bisik Mimi bagian kasir, sama seperti posisi Aisyah.
"Kenapa?" tanya Aisyah ikut melihat di luar.
"Dari tadi itu orang berdiri terus, lihat swalayan kita, loh. Aku curiga, apa jangan-jangan dia mau coba merampok!" jawabnya sedikit waswas
"Hush ... sembarangan! Mana mungkin rampok di tempat seramai ini."
"Bisa saja, kan. Zaman sekarang sudah berbeda, Syah!"
"Sudah kembali kerja, lihat itu banyak yang antre. Kasihan Intan!"
Aisyah memperhatikan arah luar, itu anggota Antonius masih saja berdiri di sana. Harus bagaimana biar tidak diawasi seketat itu. Hari mulai larut malam, telah pukul sebelas malam. Seorang lelaki masuk ke swalayan.
"Selamat datang di Holamart," ucap Aisyah menyambut lelaki itu.
Aisyah sih tidak terlalu curiga banget dengan lelaki jaket baseball. Mimi lagi di kamar mandi, sedangkan Intan sedang berada di gudang. Kemudian, lelaki itu ke kasir berikan botol minuman kepadanya.
"Enam belas ribu rupiah. Ada lagi yang mau di tambahkan?" tanya Aisyah saat menghitung. Lelaki itu menggeleng. Aisyah menunggu untuk membayar dari lelaki itu. Kemudian lelaki itu mengarahkan benda tajam kepada wanita itu.
"Serahkan semuanya! Atau kau celaka!" ancamnya.
Aisyah antara takut atau ragu untuk berikan pada lelaki itu mencoba untuk merampok. Mimi dan Intan terkejut mendengar keributan di luar. Datang lagi kawanannya masuk menghalangi mereka. Aisyah terancam, Aisyah mencoba membuka laci kasir ketakutan. Saat terbuka, lelaki itu langsung mengambil semua uang di sana.
Entah keberanian dari mana di dapat oleh Aisyah. Menangkap tangan lelaki itu untuk tidak kabur dari sini.
"Tolong! Rampok!" teriak Aisyah saat berada di luar.
Anggota Antonius kelalaian, mereka ketiduran. Saat mendengar suara Aisyah berteriak semua bergerak cepat. Kekuatan mana lebih besar Aisyah atau lelaki itu.
"Jangan pergi!" teriak Aisyah.
"Lepaskan!" teriak lelaki itu, secara paksa tangan Aisyah tergores benda tajam oleh lelaki tidak dikenalnya.
Tetap Aisyah mengingat wajah lelaki itu. Aisyah terkejut dan jatuh, Mimi dan Intan segera menolongnya.
"Syah! Kau tidak apa-apa, kan!" Mimi mencemaskan Aisyah.
"Ya ampun, Syah!" Intan segera menghentikan darah terus mengalir itu.
"Bagaimana ini? Uangnya!" Aisyah semakin bersalah tidak menjaga dengan baik.
"Soal masalah itu nanti saja. Kita obati dulu lukamu!"
****
Anggota Antonius diam diri di tempat, David begitu marah atas kelalaian mereka semua. David tidak habis pikir bagaimana bisa kejadian perampokan di tempat kerja Aisyah kecolongan.
"Kau! Maju!" David menunjukkan lelaki tinggi putih maju selangkah.
Satu tinju mendarat di wajahnya. Aisyah terkejut dan memilih untuk diam, "Ini hukuman untukmu, telah melukai calon istriku!" murka David terus menendangnya.
"Om!" Aisyah bersuara kemudian. Membuat David menghentikan pukulan untuk lelaki tinggi putih itu.
"Kalian selamat kali ini! Keluar!" bentak David. Mereka membawa temannya untuk keluar dari tempat itu.
David mendekati wanita itu memperlihatkan tangan yang diperban oleh Mimi tadi. "Bagaimana bisa seceroboh ini? Tidak akan kuberi ampun yang tega melukai tanganmu ini! Akan aku berikan pelajaran setimpalnya," ucap David kembali mengobati luka Aisyah.
Aisyah tau itu kesalahannya, dia terlalu gegabah saat itu, akan tetapi Aisyah masih ingat wajah lelaki yang merampok tersebut. Aisyah meringis dan menahan rasa perih di luka itu.