Galih menggeser pintu ruangan kerja Fia. Ia melihat Fia menelungkup kan kepalanya ke meja, menempelkan keningnya pada kedua lengan yang ia lipat di atas meja. Galih sudah menduga, pasti Fia sedang ada masalah, Galih ingin menanyakan itu tapi lelaki itu tidak memiliki hak apapun untuk ikut campur dalam rumah tangga Fia dan Leon. Galih masuk perlahan, melangkahkan kaki mendekati dua buah kursi di hadapan meja kerja Fia. Badan Fia tidak terlihat karena terhalang monitor komputer. Suara kursi yang bergeser membuat Fia tersasar kalau ia tidak sendiri di ruangan, ada seseorang yang datang. Fia mengangkat kepalanya, sembari menghapus air mata di wajahnya. “Aku benar kan? Kamu menangis?” tanya Galih. Fia kangsung menarik tissue dan mengusapkan pipinya, Fia berdeham sembari mengatur nafasnya, “ka