Aku duduk menyandar menghadap televisi. Mataku menatap lurus ke televisi, tapi pikiranku pergi menerawang ke sebuah kotak di lemari bawah. Aku juga tidak mengerti siaran yang di adakan televisi yang ku tonton, karena memakai bahasa Jepang. Aku melirik ke Edward yang masih sibuk duduk di depan laptop nya. Aku menarik nafas dalam, lalu menghembuskan nya keras. Begitulah mungkin resiko memiliki suami seorang atasan di kantor. Edward juga sebenarnya menutupi pekerjaanku, ia memegang dua kendali saat ini. Itu yang tidak bisa membuatku perotes, karena Edward selain sudah menjadi suami yang baik, juga menjadi atasan yang begitu pengertian. Mungkin Edward sedang sibuk, sampai ia belum sempat memberitau, apa isi kotak yang ia bawa disaat ku tidur itu. Aku mematikan televisi yang ku tonton, lalu