“Cepat masuk!” Leon membuka kaca jendela mobilnya, lalu memberikan perintah kepada Elis yang berdiri di trotoar depan gedung kantor Leon, menunggu lelaki idamannya itu menjemputnya. Keinginan Elis tercapai, Leon sudah datang lebih cepat sepuluh menit dari perkiraannya. Di depan kantor Leon tidak ada tempat berteduh, jam makan siang adalah hari dimana matahari tepat di atas kepala. Semua tidak Elis hiraukan, baginya, bertemu dengan Leon adalah yang paling penting. Elis mengembangkan senyum melihat Leon sudah siap di dalam mobil, Elis membuka pintu mobil Leon, dan masuk ke dalamnya. Senyum Elis menciut dan berubah kesal ketika ia menyadari di dalam mobil, Leon tidak sendiri. Di bkursi belakang duduk seorang yang tidak asing lagi bagi Elis, “Mbak Ratih? Kenapa Mbak Ratih ikutan sih, Le?”