Aku menatap sekeliling kamar, kamar yang Edward sewa terlihat mewah bahkan jauh lebih mewah dibandingkan kamar di rumah kami. Kamar hotel bernuansa gold cream itu terkesan begitu mewah, semua properti nya terlihat mahal dan berkelas. Kamar yang terletak di lantai paling atas itu menyajikan hamparan lampu ibu kota yang beraneka ragam. Bik Inah juga ikut merasakan kemewahan ini, Bik Inah di berikan kamar sendiri untuk istirahat tepat di lantai bawah kamar kamo, sementara aku, Edward dan Billy tidur di kamar ini. Suasana tenang dan indah, namun perasaanku tidak menentu, kalimat Mamanya Edward tadi masih tergema berulang kali di benakku. Aku merasa, Mamanya Edward merasa aku bukanlah menantu yang diidamkan anaknya. Mataku menatap lurus ke depan televisi, namun aku tidak mengikuti acara yang di