Bag 9

1177 Kata
Siang ini, suasana kantin kampus tempat Naya menuntut ilmu sudah dipenuhi oleh mahasiswa dan mahasiswi. Begitu pun dengan Naya dan Kina yang sudah menempati tempat duduk di tengah-tengah kantin. "Jadi lo kemaren ke rumah Yvan?" tanya Kina antusias setelah Naya bercerita panjang lebar tentang kejadian kemarin. "Gue gak tau itu rumah Yvan atau kakaknya, Na. Tapi sumpah gue speechless pas sampai sana. Gila ya, perayaan ulang tahun anak kecil aja meriahnya udah kayak nikahan tetangga gue!" Naya berdecak kagum, lalu menyeruput es jeruknya. "Orang kaya mah bebas, Nay..." cengir Kina sambil memakan makanan yang tadi dipesannya. "Sama kayak lo ya?" goda Naya. Sahabatnya ini adalah salah satu anak dari pengusaha sukses di negara ini. Kina berdecak kesal sambil menatap Naya tajam. "Yang kaya Papi gue, bukan gue tau!" sungut Kina. Naya tertawa renyah melihat wajah kesal sahabatnya itu. Pasalnya, walaupun keluarganya memiliki kekayaan di atas rata-rata, Kina tidak pernah pamer atau berpakaian berlebihan. Sahabat separo tomboynya ini selalu memakai pakaian sederhana. Kemeja flanel serta celana jeans belel dan topi baseball sudah menjadi ciri khas wanita manis yang sudah menjadi sahabat Naya hampir seumur hidup mereka. "Eh, terus-terus habis Yvan usap-usap jidat lo, ada kejadian apa lagi?" tanya Kina ingin tahu sambil menolehkan kepalanya ke samping sambil memajukan tubuhnya ke arah Naya yang duduk di sampingnya. "Ih... apaan sih! Gak ada kejadian apa-apa, Na. Udah jangan maju-maju gitu, nanti dikira orang kita gak normal ih!" Naya mendorong bahu Kina agar menjauh. Terlihat Naya mengipasi wajahnya yang memerah mengingat kejadian semalam. Kejadian yang membuatnya salah tingkah sendiri karena perlakuan lembut Yvan padanya. "Gak mungkin nih gak ada apa-apa. Lo tuh gak bisa bohong ya sama gue!" Kina menyipitkan mata penuh selidik karena melihat semburat merah di wajah Naya. "Ngaku lo, Nay... ngaku..." paksa Kina tertawa sambil membuka tangan Naya yang tiba-tiba menutupi wajahnya sendiri. "Apaan sih lo, Na... lepas ih..." Naya masih berusaha mempertahankan kedua telapak tangannya yang ditarik Kina agar terlepas dari wajahnya. "Lo dipeluk Yvan ya?" tanya Kina jahil. Wanita ini masih berusaha mencari tahu apa yang terjadi pada sahabatnya itu semalam, sampai membuat wajah sang sahabat memerah. "Jangan nebak sembarangan!" sungut Naya dibalik kedua tangannya yang masih betah menempel di wajah. "Terus ap--" "Hey, Bidadari Galak..." Kina dan Naya seketika berhenti dari kegiatan mereka karena mendengar suara seseorang yang sudah berada di depan mereka. "YVAN ???" teriak mereka kompak. "Kenapa? Gak usah terpesona gitu kali ngeliat David Yvan Hermawan kakak senior yang keceh baday di kampus ini... hahaha..." canda Yvan karena Naya dan Kina terkejut melihat kehadirannya. "Apa-apaan sih!! Kepedean tingkat dewa lo!" sinis Naya mendengar Yvan yang membanggakan dirinya sendiri. Sementara Kina memasang wajah pura-pura ingin muntah di depan Yvan. "Ahahaha... biasa aja dong, Nay. Aku kan cuma bercanda," balas Yvan sambil menepuk kepala Naya lembut. Naya yang tidak siap dengan apa yang Yvan lakukan, hanya mampu terpaku. Matanya mengerjap tak percaya. Sedangkan Kina sudah terbengong-bengong melihat kedekatan Naya dan Yvan. "Aku???" bisik Kina terkejut. 'Gue gak salah denger kan Yvan pakai 'Aku Kamu-an' ke Naya? Perasaan kemaren-kemaren enggak deh. Ada apaan nih mereka berdua? Apa mereka ada hubungan khusus? Tapi gak pa-pa juga sih kalau ada hubungan. Gue dukung kok Naya sama Yvan. Mereka keliatan cocok satu sama lain. Daripada si Yvan sama Malaikat jadi jadian, mending Yvan sama Malaikat beneran kan?' Kina tersenyum dalam lamunan. "Na... woy... Na..." "Gue dukung 100%, Nay!!!" ucap Kina tanpa sadar sambil menggebrak meja karena Naya mengagetkan lamunannya. "Dukung apaan sih, Na? Pemilu bukannya udah berakhir ya?" tanya Naya bingung. 'Ih... nih mulut keceplosan gini!' Kina memukul pelan bibirnya. "Enggak, Nay... enggak... hehehe... abaikan, Oke! Gue cuma masih keinget sama pemilihan Kepala Negara kita kemaren-kemaren," cengir Kina beralasan. Naya memutar bola mata malas, sementara Yvan terlihat tak peduli dan malah asyik memperhatikan wajah Naya yang membuat Kina semakin ingin mengorek lebih jauh tentang apa yang terjadi antara Yvan dan sahabat baiknya ini. "Oh iya kakak senior yang keceh baday yang followernya ngelebihin Adam Levine, ada apa lo ikut ngumpul sama gue dan Naya?" tanya Kina dengan senyum licik plus jahilnya. Yvan terkesiap. Wajah pria ini terlihat bingung. Pria ini menggaruk hidungnya salah tingkah sambil berpikir alasan apa yang akan dia buat. Kina tersenyum penuh kemenangan karena sepertinya dugaannya benar jika kakak seniornya ini ada rasa dengan Naya. "Eee--ee... enggak ada apa-apa sih. Gue--gue cuma gak sengaja liat kalian aja dari pojok sana. Tuh temen-temen gue pada ngumpul," ucap Yvan akhirnya. Pria ini menunjuk sekumpulan pria teman-temannya. "Gak sengaja atau emang nyari-nyari keberadaan seseorang dari tadi?" tanya Kina semakin usil. Ia senang melihat wajah gugup Yvan yang terkenal sebagai salah satu pria yang digilai wanita di kampus mereka. Ini langkah. Seorang Yvan gugup? Tadinya Kina pikir hal itu mustahil. Tapi lihat sekarang, pria ini bisa gugup juga, dan ini terlalu sayang untuk dilewatkan. Naya yang melihat perubahan sifat Kina, sudah tahu kalau Kina sedang dalam mode usilnya. "Na, makan, Na, makan... nanti tambah ngembang itu mie!!" Naya menyenggol lengan sang sahabat. Matanya memberikan kode agar Kina tidak menanyakan yang macam-macam lagi. "Iya... iya... Ibu Peri yang baik hati... tau deh yang gak pengen ayangnya digang--ouch..." ringis Kina. Wanita ini jadi melanjutkan ucapannya karena Naya menginjak kakinya dari bawah meja. Naya melotot ke arah Kina karena tidak ingin Yvan salah paham. Ketika Naya melirik Yvan, ternyata pria itu sedang tersenyum ke arahnya sambil menopangkan kedua telapak tangannya di bawah dagu, sementara  kedua sikunya sudah berada di atas meja.  "Kenapa liat-liat!!" bentak Naya untuk menutupi kegugupannya karena degup jantungnya yang menggila. "Gak pa-pa kok..." balas Yvan sambil tersenyum tidak jelas. Naya mendengus kesal, lalu mengalihkan pandangan dari Yvan menuju makanan yang ada di depannya. Gadis mungil ini pura-pura sibuk makan dan mengajak Kina berbicara. Untungnya saja untuk kali ini Kina mau bekerjasama dengannya. "Gak makan, Van?" tanya Kina basa-basi. "Udah kenyang gara-gara liat Bidadari galak gue makan." "Uhuk... uhuk!!" Naya yang sedang mengunyah mie instan, dibuat terkejut dengan pernyataan Yvan.  Siapa lagi yang dipanggil bidadari galak kalau bukan dirinya? Yvan dengan sigap memberikan air mineral. Sementara Kina menepuk punggung Naya.  "Pelan-pelan dong, Nay. Eh BTW, kayaknya kita jodoh ya. Kebiasaan kita aja sama, sama-sama hobi ngelamun dan keselek," cengir Yvan tanpa dosa. Naya yang mendengar itu hanya memasang wajah sebal. "Gombal lo receh banget! Sana gombalin mahasiswi baru aja! Gue gak mempan sama gombalan lo!" sinis Naya. Yvan yang mendengar itu, hanya tersenyum karena dia sangat senang melihat wajah jutek Naya. "Sebenernya lo suka kan digombalin sama Kakak Senior kita yang keceh ini, Nay? Ngaku deh!" ucap Kina jahil karena melihat semburat merah di pipi Naya. Ucapan Kina, sontak membuat pipi Naya semakin memerah. Naya menatap Kina tajam. "Jangan ngomong sembarangan ya lo!" kesal Naya dengan nada tak terima. "Seneng juga gak pa-pa kok. Kalau perlu aku gombalin kamu tiap detik, menit dan jam biar kamu tambah seneng," ucap Yvan enteng.  Mood Naya semakin buruk karena sahabat serta mantan kekasih dari sahabatnya kompak menjahilinya. "Sebahagia lo aja deh!" sarkas Naya. "Jadi aku boleh gombalin kamu ya asalkan aku bahagia? Kamu romantis banget sih~," ucap Yvan manja sambil mencubit gemas sebelah pipi Naya yang langsung ditepis oleh tangan wanita mungil ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN