Naya tidak berani menolehkan wajahnya ke arah Yvan. Dia tahu wajah Yvan tepat di samping telinganya, karena embusan napas pria ini sangat terasa di daun telinganya. Dengan tergesa-gesa, Naya menjauhkan diri dari Yvan dan langsung menyambar tasnya yang berada di dekat televisi.
Yvan tersenyum geli melihat tingkah Naya yang gugup.
"Bu, Naya pamit ya."
Ibu Naya yang mendengar suara putrinya, langsung keluar dari ruang tengah menuju ruang tamu yang hanya dibatasi gorden berwarna gold.
"Iya, Ndok. Hati-hati ya di jalan. Baca doa dulu kamu," ucap Ibu Naya sambil menghampiri sang anak.
Naya mengangguk. Wanita ini mengambil tangan ibunya untuk disalami.
"Pergi dulu ya, Bu. Assalamualaikum." Naya memberi isyarat Yvan untuk jalan keluar rumah.
"Saya pamit ya, Bu. Assalamualaikum." Tanpa di duga, Yvan pun mencium punggung tangan ibu Naya dengan sopan.
Naya merasakan lagi getaran itu saat melihat Yvan melakukan hal ini.
Pria itu bisa sopan pada orang yang lebih tua?
"Waalaikumsalam, Nak. Tolong jaga Naya ya."
"Siap, Bu!" Yvan mengacungkan kedua jempolnya sambil tersenyum semringah.
"JANGAN LUPA BAWAIN LILIN ULANG TAHUNNYA, KAK!!!"
"SAMA PIRING KUENYA JUGA, KAK!!!"
"Aduh... anak-anak itu ampun deh. Di kamar mandi masih sempet-sempetnya teriak begitu. Ndak usah didengerin ya, Nak Bule. Mereka itu memang jail banget. Ya sudah kalian cepet jalan, keburu nanti maghrib." Ibu Naya tergesa-gesa masuk untuk memperingati anak-anak kembarnya.
"Ayo, Van..."
"Oh iya... yuk." Yvan mendahului langkah Naya. Setelah sampai di depan mobil, pria ini membuka pintu mobil untuk Naya.
'Kenapa pakai bukain pintu mobil segala buat gue?? Jantung gue ya ampun!!' Naya berkata dalam hati sambil masuk tergesa-gesa ke dalam mobil. Wanita ini tak ingin Yvan melihat pipinya yang merona.
***
"Waaahhh... Kakak Cantiknya dateng... yey... yey..." teriak Chelsea girang ketika melihat Naya dan Yvan yang baru saja melangkah masuk ke dalam rumah mewah yang sudah penuh tamu undangan. 90% tamu yang hadir didominasi anak-anak kecil. Chelsea berlari ke arah Naya dan Yvan dengan menggunakan gaun ulang tahunnya.
"Wah... kamu cantik banget!! Jadi Princess Elsa ya?" Naya berjongkok menyambut pelukan Chelsea ketika anak itu berlari ke arahnya dan terlihat ingin memeluk Naya.
"He-eh... Akuh cantik ya, Kakak??" Chelsea bertanya riang pada Naya.
"Cantik banget, Sayang. Malah Princess Elsa yang asli kalah deh sama kamu," ucap Naya tulus sambil merapikan mahkota Chelsea yang terlihat miring.
'Lagi-lagi gue ngerasa bego! Bisa-bisanya gue ngelewatin cewek kayak gini! Baru kenal Chelsea, tapi dia udah bisa menangin hati anaknya Kak Sonya yang sok dan gak gampang buat deket sama orang!' Yvan berdecak kagum pada Naya.
"Son…"
"Mom…"
"Who's this beautiful woman?"
Ketika Naya dan Chelsea asyik berbicara, tiba-tiba ada seorang wanita paruh baya datang menghampiri Yvan sambil mencium pipi pria itu.
Naya yang melihat wanita itu, langsung berdiri dan terpana melihat kecantikan yang dipancarkan wanita itu. Tubuh tinggi, langsing, hidung mancung, serta alis tebal dengan wajah khas negara Ukraina. Naya akhirnya mengerti, dari mana Yvan dapat wajah bule dan alis tebal yang dia miliki. Sekilas tidak terlihat kalau wanita itu sudah paruh baya.
"майбутні кандидати!! (calon masa depan!!)" Yvan menjawab dengan senyum cerah.
Naya mengernyit bingung. Wanita ini menebak-nebak di dalam hati apa yang Yvan bicarakan. Bahasa yang keluar dari mulut Yvan terasa asing di pendengarannya.
"Дійсно ???Виявляється, мій син є дорослим. (Benarkah? Ternyata anakku sudah dewasa.) Mom can't wait,“ balas wanita paruh baya itu pada anak laki-laki satu-satunya yang ia miliki. Wanita itu menghampiri Naya sambil tersenyum lebar. “Hey Honey, siapa namamu?"
"Nay-Nay… Naya, Tante," gugup Naya karena Mommy Yvan menatapnya dengan intens. Wanita di depannya ini seperti menilai wanita seperti apa yang dibawa anaknya. Dengan tidak mengurangi kesopanan, Naya menyodorkan tangan untuk mencium punggung tangan Mommy Yvan.
Mommy Yvan yang sudah mengerti budaya Indonesia, langsung menyambut tangan Naya. Setelah menikah sampai memiliki dua anak, dirinya sudah tinggal di Negara ini. Jadi ia sudah terbiasa dengan budaya di sini.
"мені подобається ця леді (saya suka wanita ini)." Mommy Yvan tersenyum pada sang anak setelah mengatakan itu, yang dibalas Yvan senyum cerah.
"Silakan masuk, Nak, dan nikmati hidangannya. Ayo Chelsea, tamu yang cucu Grandma tunggu sudah datang kan? Jadi kita bisa memotong kuenya sekarang." Ajak Mommy Yvan pada cucunya. Tak lupa Mommy Yvan menggamit lengan Naya.
Naya yang tersentak, hanya mampu mengikuti langkahwanita paruh baya itu. Di sela langkah kakinya, Naya menoleh ke belakang, tempat di mana Yvan tersenyum bahagia melihat pemandangan itu.
Pemandangan yang membuat Yvan tak sabar ingin memiliki Naya.
Bisakah?
Sementara wanita mungil itu sepertinya sedikit membencinya karena merasa Yvan suka mempermainkan wanita. Dan lebih parahnya lagi, wanita mungil itu mengira jika Yvan mempermainkan sahabatnya. Tanpa tahu yang sebenarnya terjadi. Gadis polos yang naif
*******
Perayaan ulang tahun Chelsea berjalan lancar, tanpa diduga, Naya mendapat potongan kue pertama dari Chelsea. Keluarga Yvan pun terlihat baik, dan sepertinya tidak pernah memandang status. Mulai dari Daddy dan Mommy Yvan, serta Mommynya Chelsea, mereka menyambut hangat kehadiran Kanaya. Bahkan ketika Naya pamit pulang, mereka menawarkan agar Naya menginap di rumah keluarga Hermawan karena hari sudah terlalu malam.
Namun dengan halus Naya menolak. Naya beralasan jika tugas kuliahnya menumpuk dan harus diselesaikan malam ini juga, dan memang benar adanya seperti itu. Lagi pula, menurut pemikiran Naya, tidak pantas kalau dia harus menginap di rumah keluarga Hermawan. Memangnya dia siapanya keluarga Hermawan? Saudara saja bukan. Nanti yang ada orang-orang akan berpikiran buruk tentang dirinya.
"Thanks ya..." ucap Yvan ketika mereka sudah sampai di depan rumah Naya.
"Lo sepanjang perjalanan bilang thanks-thanks mulu. Capek gue dengernya tau gak!" kesal Naya pada pria blasteran ini. "Lagian gue seneng kok bisa kenal sama Chelsea. Dia anak yang pintar dan lucu!" Naya tersenyum mengingat celotehan Chelsea yang tidak ada hentinya. Ada saja yang diucapkan gadis kecil itu. "Mmm... kalau gitu, gue masuk ya, Van. Makasih udah anterin pulang," ucap Naya kembali sambil tersenyum kecil ke arah Yvan.
Ketika Naya hendak membuka pintu, tiba tiba Yvan menarik tangannya sedikit kencang sampai-sampai kepala mereka terbentur.
"Aduh!!!" ringis mereka bersamaan sambil mengusap dahi masing-masing. Yvan yang melihat Naya, dengan sigap ikut mengusap dahi Naya dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya digunakan untuk mengusap dahinya sendiri.
"Sakit ya? Sorry ya gak sengaja," ucap Yvan penuh penyesalan sambil masih terus melakukan kegiatannya. Embusan napas Yvan sangat terasa di wajah Naya.
Deg... deg... deg...
'Ini gak bisa dibiarin... Gak kuat buat jantung gue!!!' alarm Naya dalam hati.
"Gue gak pa-pa kok. Lagian lo kenapa sih pakai tarik tarik tangan gue?!" Naya bersungut. Wanita ini langsung membuat jarak. Naya juga menepis tangan Yvan yang ada di dahinya.
"Refleks. Habis gimana ya... Aku gak rela buat pisah sama kamu. Hehehe..." cengir Yvan tanpa dosa.
'OMG senyumnya! Gak boleh! Gak boleh! Inget ya Naya, dia itu Player Nol Besar. Pasti udah biasa buat dia ngelakuin aksi gombal menggombal. Inget Nay.. inget lo gak boleh kepancing sama gombalannya dia. Lo gak boleh suka sama orang yang udah hancurin hati sahabat lo!' mantra Naya dalam hati sambil menutup mata.
Yvan yang melihat gerak-gerik Naya tidak kuasa untuk menggoda wanita mungil ini. Ketika Naya menutup mata, Yvan sengaja mendekatkan wajahnya tepat di depan wajah Naya. Pria ini menghitung di dalam hati. Tepat di hitungan ke empat, Naya membuka mata. Seperti dugaan Yvan, wanita ini terkejut luar biasa sampai mulutnya berkomat-kamit merapal doa.
"Sinting lo!!!" teriak Naya tepat di depan wajah Yvan. Wanita ini langsung keluar dari mobil, meninggalkan Yvan yang masih terbahak-bahak karena ucapan pedas Naya.
"Hahaha...Nay!" Yvan membuka jendela mobilnya.
Ketika mendengar panggilan Yvan, entah mengapa Naya tidak dapat menggerakkan kakinya. Seakan ia tersihir menjadi patung. Padahal tinggal satu langkah lagi dia masuk ke dalam pekarangan rumahnya. Dengan perlahan Naya membalikkan tubuh. Wanita ini memasang wajah kesal menatap Yvan yang juga sedang menatapnya.
"Apa lag--"
"Good Night..." potong Yvan sambil tersenyum menawan.
Seketika, Naya membeku beberapa saat karena ucapan Yvan. Setelah sadar, Naya hanya dapat berbalik cepat menuju pagar tanpa menjawab ucapan Yvan.
Yvan yang melihat Naya menghilang dari balik pintu, hanya menghela napas pasrah. Pria ini kecewa karena Naya tidak membalas ucapannya. Dengan lesu, Yvan mulai menjalankan mobilnya menuju rumah.
Sedangkan di balik pintu pagar, Naya mengintip kepergian Yvan dari balik sela-sela pintu pagar rumahnya.
"Good night too..." lirih Naya tanpa sadar seiring suara mobil itu menjauh.
Naya kembali memegang dadanya yang berdetak tak karuan karena mantan kekasih sahabatnya itu.
"Ini gak lagi tanda-tanda penyakit jantung kan ya?" monolog Naya cemas.
***