“Kamu yakin gak akan melaporkan Si b******k itu?” “Kamu udah tanya puluhan bahkan mungkin ratusan kali loh, Mas, dan jawaban aku tetep sama. Aku yakin.” “Apa yang dia perbuat ke kamu udah keterlaluan, Sayang… Aku gak bisa lupain gimana brengseknya di—” “Ssttt… Kita lupain aja, Mas, aku mohon…” bisik Zee Zee sambil memeluk tubuh sang suami menenangkan. Suaminya ini sepertinya masih belum ikhlas jika Zee Zee membiarkan saja Bayu berkeliaran tanpa hukuman. “Kenapa hatimu baik banget sih, Sayang?” erang Putra kesal, namun balas memeluk tubuh rapuh sang istri. Mereka saat ini sedang berbaring di atas ranjang besar, di kamar pribadi mereka di rumah besar ini. Rumah keluarga Hardiyasa. Rumah yang sudah ditinggalkan Putra enam belas tahun yang lalu. Sudah dua minggu sejak kepulangan Zee Zee