“T-titisan fir’aun?” Saking shocknya, Aldi sudah tidak bisa berkata-kata lagi. Ia hanya bisa mangap-mangap saja sedari tadi. Sedangkan Zea hanya menganggukkan kepala sambil menatapnya dengan wajah tanpa dosa. “Parah kamu, Ze … parah banget.” Sebelum pria itu mengamuk, Zea memilih untuk berpamitan pergi. Ia sudah merasakan hawa-hawa emosi dari pria itu. Jadi sebelum dimarahi, ia harus menyelamatkan diri. Untungnya Aldi juga tidak menahannya. Pria itu membiarkan dirinya pergi begitu saja. Ia berjalan menuju gerbang kampus dengan cepat. Bukan karena takut dikejar Aldi, tapi karena takut ketinggalan busway. Akan tetapi, ketika ia melewati parkiran mobil para Dosen, tiba-tiba ada mobil mewah yang baru saja datang dan berhenti menghadang jalannya. Zea mengerutkan keningnya bingung.