Zea membungkukkan badannya sebagai tanda hormat pada sang Rektor. Kemudian ia menegakkan tubuhnya lagi, tapi tidak berani menatap sang Rektor karena benar-benar malu. “Maafin saya, Prof,” ucapnya dengan kepala yang tertunduk. Jari-jarinya memainkan bajunya sendiri untuk menghilangkan rasa gugupnya. Sementara itu, Aldi hanya tersenyum lembut melihatnya. “Cukup saya dulu yang tau. Jangan sampai Dosen-dosen yang lain juga tau. Takut menimbulkan fitnah yang enggak-enggak,” tutur sang Rektor. Zea menganggukkan kepala. “Baik, Prof,” balasnya. Ia belum berani menatap sang Rektor, karena tatapannya cukup seram. Berbeda saat sidang skripsi kemarin. Kemudian Aldi menarik pinggangnya dengan lembut. Hingga membuat tubuhnya kembali menempel ke tubuh Aldi. Zea yang kaget pun lantas menatap A