“Maaf, Gin. Bukannya gue nggak menghargai perasaan lo, tapi gue udah punya pilihan sendiri. Dari dulu, gue selalu nganggap lo kayak adek sendiri. Nggak lebih. Jadi gue harap, lo bisa ngertiin gue. Sampai kapan pun, hubungan kita ini sebatas teman dan keluarga aja. Ya?” Gina mengangguk seraya tersenyum sendu. “Iya, nggak papa. Gue paham kok. Setidaknya gue udah ungkapin perasaan gue ke lo. Kalau kayak gini kan, gue udah lega. Meskipun endingnya lo tolak juga, haha ...” ucapnya. Diakhiri dengan sebuah gurauan. Hingga membuat Aldi jadi ikut tertawa juga. Kemudian Aldi merangkul pundak Gina sambil berkata, “Selera menantu Ayah sama Ibu lo itu tinggi. Masa lo sukanya sama gue? Jangan ah. Lo pantas dapat yang lebih baik lagi.” Gina tersenyum simpul. “Iya. Doain aja gue bisa move on dari lo