Karena melihat kesungguhan Abraham, Nadine tidak mungkin menundanya lebih lama. Memang terlalu cepat, tapi kenapa harus menolak kebahagiaan? Nadine melihat banyak perubahan dalam manik pria itu. jadi dia mengangguk dan mulai tersenyum. “Bahagiakan aku.” Abraham langsung berdiri dan menyematkan cincin dijari manis sang kekasih. Dia menghela napasnya lega, menarik Nadine kedalam pelukannya dan berucap, “Akan aku pastikan hanya air mata kebahagiaan yang turun dari pipimu itu, Sayang.” Keduanya menyalurkan rasa lega, membayangkan kehidupan selanjutnya yang lebih indah. Pada akhirnya, Nadine berlabuh pada pria yang dulu sempat dia hindari. Kini semuanya berubah, Abraham menatapnya dengan penuh cinta, tangan pria itu merangkup pipinya penuh kasih sayang dan menyatukan dahi keduanya. “Aku menci