Banyak hal yang selalu terjadi tiba-tiba,
seperti sebuah pertemuan misalnya?
Dan itu semua terjadi atas garis takdir yang sudah Tuhan tentukan.
∞
“Jaemin, kamu mau ke mana?”
Yang ditanya langsung berbalik, Jaemin menatap Stara yang sekarang sudah duduk di salah satu sofa tempatnya tertidur semalam, sepertinya pergerakan Jaemin membangunkan gadis itu.
“Maaf, gue jadi ngebangunin lo.”
Stara menggangguk kecil merasa tidak masalah. “Mau ke mana?” Stara mengulang pertanyaan yang sama.
“Gue harus kerja.”
Kening gadis itu mengkerut bingung. “Sepagi ini?”
Memang ini jam berapa, sih? Tapi jika Stara perhatikan dari keadaan di luar sana, sekarang masih gelap dan sudah dipastikan ini masih pagi sekali.
“Ngantar koran jam empat subuh, terus ngantar s**u jam lima subuh, dan setengah tujuh gue harus udah stay buat ngantar Ajel ke sekolah,” jelas Jaemin singkat, “gue harus pergi sekarang, takut kesiangan.”
“Tunggu!” Stara buru-buru bangkit untuk menahan lengan Jaemin, dengan sorot memelas dia memandang manik mata laki-laki itu. “Ara ikut, ya, Jaem?”
Jaemin merinding tiba-tiba, mendengar bagaimana cara Stara berbicara tadi terdengar menggelikan dan menggemaskan di saat yang bersamaan.
Tunggu dulu.
Apa tadi Jaemin bilang menggemaskan?!
Sepertinya Jaemin sudah mulai gila sekarang.
Masih dengan posisi lengan ditahan oleh Stara, Jaemin menjawab tegas, “Enggak! Lo di sini aja, apa kata tetangga nanti kalau mereka lihat lo? Lo aja enggak jelas asal-usulnya, nanti mereka malah curiga yang enggak-enggak.”
“Ih, Jaemin! Please?”
Dari jarak sedekat ini Jaemin bisa melihat dengan jelas bagaimana cara Stara menatapnya. Bola mata hitam gadis itu berbinar penuh harap disertai dengan tatapan memelas yang terlihat lucu. Sebelum kegilaan Jaemin mulai bertambah, laki-laki itu sudah lebih dulu menangkup wajah Stara dengan telapak tangannya yang besar lalu mendorongnya menjauh.
“Cuci muka sana, belek lo di mana-mana.”
Stara langsung berteriak senang, lalu bergegas masuk ke kamar mandi dengan tidak santai. Jaemin yang menyaksikan semua itu hanya bisa menggeleng pelan. “Kayaknya gue udah mulai ikutan sinting sekarang.”
“Jaemin?” Stara memunculkan kepalanya di sela-sela pintu kamar mandi. “Ara hari ini pinjam baju Jaemin, ya?”
Ara ... Jaemin ... Ara ... Jaemin.
Jaemin menggeleng keras begitu suara Stara kembali terngiang di kepalanya. Panggilan nama yang digunakan gadis itu membuat Jaemin benar-benar merasa gila, hingga dengan refleks dia berteriak. “Jangan panggil nama gue! Dan terserah lo mau pake apa aja!”
*
Koran sudah selesai diantar, sekarang Jaemin baru saja mengambil persediaan s**u yang akan diantar juga ke rumah langganannya seperti biasa. Jaemin buru-buru mengucapkan terima kasih kepada atasannya dan segera menghampiri Stara yang menunggunya di luar sana.
Gadis itu tidak berhenti tersenyum sejak keluar dari rumah, apakah dia sesenang itu hanya karena Jaemin memperbolehkannya ikut? Jaemin tentu masih tidak nyaman dengan semua ini. Lingkup hidupnya hanya fokus untuk bekerja agar dia tetap bisa makan setiap hari, tidak ada campur tangan keluarga maupun teman dalam hidupnya, Jaemin benar-benar sendirian.
Hingga dia bertemu Stara yang sudah jelas-jelas berjenis kelamin perempuan. Selama ini, teman laki-laki saja Jaemin tidak punya apalagi teman perempuan? Walaupun mama Razel selalu bilang kalau Jaemin memiliki senyum yang hangat, tapi tidak mungkin, kan, Jaemin baper sama wanita paruh baya berusia sekitar 30 tahun lebih itu?
Rasanya sedikit aneh dan berbeda. Jaemin ingin menyuruh Stara pergi saja dan mencari orang lain asal bukan dirinya, tapi seperti ada sebuah ikatan tak terlihat, Jaemin tidak pernah mampu mengatakan itu dan akhirnya dia hanya bisa menerima semua yang terjadi. Stara dengan semua cerita yang masih sulit untuk Jaemin percaya.
“Jaemin!”
Seruan keras Stara mengagetkan Jaemin, gadis itu langsung mengambil alih keranjang s**u dari tangannya. “Ayo pergi, kenapa malah diem aja?”
“Hah?” Jaemin mengerjap bingung. Namun, sedetik kemudian dia langsung berdecak kesal karena melihat penampilan Stara─entah untuk yang keberapa kalinya. “Gue malu, loh, ngebonceng lo ke mana-mana, serius aja,” ungkapnya jujur. Bagaimana tidak, melihat tubuh Stara dibalut kaus putih kebesaran miliknya, disertai dengan celana training berwarna hitam yang jelas-jelas terlihat kebesaran juga─ini, sih, bukan Stara yang memakai baju, tapi baju yang memakai Stara.
Bibir Stara langsung mengerucut sebal. “Jangan dibahas lagi, dong ....” Stara merengek, karena entah untuk yang keberapa kalinya juga, Jaemin sudah mengulang kalimat yang sama. “Kamu harus antar ini, nanti kesiangan.” Stara mengangkat keranjang s**u di tangannya, berusaha mengalihkan perhatian Jaemin.
“Oh, iya.” Tidak mau mempermasalahkan soal pakaian itu terlalu lama, akhirnya Jaemin cepat-cepat naik ke sepedanya. “Ayo, nanti telat ngantar Ajel.”
Mereka mulai mengantar s**u-s**u tersebut, ada total dua puluh botol sehingga ada dua puluh rumah yang harus mereka datangi. Kali ini bukan Jaemin yang harus menyerahkan s**u itu, Stara menawarkan dirinya dengan senang hati untuk turun dan memberikan langsung kepada langganannya, sedangkan Jaemin disuruh untuk duduk saja di sepeda tanpa perlu repot-repot untuk turun.
Di rumah terakhir, ibu pemilik rumah memanggil Jaemin untuk turun dan menghampirinya. Dengan wajah sedikit kesal wanita paruh baya itu berucap, “Nak, kenapa susunya sudah dingin? Setiap hari, kan, saya pesan yang hangat.”
Stara sudah menunduk di tempatnya, sepertinya gadis itu sudah diomeli habis-habisan oleh wanita di depannya ini. Jaemin melirik persediaan stok s**u dikeranjang yang ternyata sudah habis.
“Bu, maaf, untuk kali ini saja, saya minta maaf karena sedikit terlambat mengantar, sehingga susunya sudah dingin lebih dulu.”
Wanita itu berdecak tidak terima. “Saya mau s**u yang hangat!”
“Bisa saya pegang sebentar botol susunya?” Stara menyela tiba-tiba, membuat Ibu pelanggan serta Jaemin mengerutkan dahi dengan bingung.
“Mau apa kamu?”
Stara tersenyum manis. “Saya bisa menghangatkannya.”
Jaemin tersentak, seperti menyadari sesuatu, dia ingin menahan Stara, namun gadis itu hanya tersenyum tipis kepadanya dan menyuruhnya untuk diam.
Stara mengambil botol s**u itu, lalu kedua matanya terpejam dan bibirnya menggumamkan sebuah kalimat dengan pelan. Sama seperti sebelumnya, gadis itu kembali bersinar menguarkan aura panas dalam sekejap sehingga refleks membuat Jaemin dan wanita tersebut mundur beberapa langkah.
Ketika cahayanya kembali meredup, Stara langsung tersenyum, lalu menyodorkan s**u itu kepada wanita yang kini memandangnya dengan tatapan kaget luar biasa.
“Lo gila, ya?! Kenapa nunjukin kemampuan lo─”
Stara mengangkat tangannya diudara, menyuruh Jaemin untuk diam. Gadis itu fokus menatap mata wanita di depannya, lalu mengucapkan sebuah kalimat yang sukses membuat Jaemin melongo seketika.
“Ibu bakal lupain kejadian yang baru aja saya lakuin.” Stara mengucapkannya dengan tenang, lalu dalam sekejap pula raut wajah wanita itu berubah, seakan tidak terjadi apa-apa sebelumnya, dia mengambil botol s**u dari tangan Stara.
“Wah! Susunya hangat, biasanya udah agak dingin karena terlalu lama diantar, makasih, ya, Nak.”
Kedua bola mata Jaemin langsung terbelalak tak percaya.
Setelah memastikan bahwa wanita tersebut sudah masuk ke dalam rumah, Jaemin menahan lengan Stara yang baru saja ingin naik ke sepeda.
Stara menatap Jaemin polos. “Kenapa, Jaem?”
“L-lo ... kenapa lo bisa kayak gitu tadi? Maksud gue, kenapa ibu itu bisa lupa dalam sekejap?” Jaemin bingung bagaimana menyusun kalimatnya.
Stara tertawa kecil.“Yang tadi? Itu salah satu kemampuan aku─Jaem, ayo pulang! Kamu harus ngantar Ajel sekolah!” Kembali pada sifatnya yang menyebalkan, Stara mengubah topik pembicaraan.
“Jawab dulu yang bener!” Tanpa sadar Jaemin sudah membentak Stara.
Gadis itu memanyunkan bibirnya kesal. “Jangan bentak-bentak, nanti aku pingsan lagi.”
“Bodo.” Jaemin melepaskan cekalan tangannya, tapi kali ini Stara yang buru-buru menggenggamnya.
“Jangan marah,” ujar gadis itu pelan.
Jaemin tertegun sejenak pada tatapannya, tapi dia langsung tersadar cepat. “Makanya jawab pertanyaan gue yang bener!” Suaranya terdengar ketus, berbeda dengan keadaan jantungnya yang mendadak berdetak sangat cepat.
Stara menghela napas pasrah, tidak bisa menghindar lagi. “Sama seperti kamu yang punya kemampuan sebagai seorang pemimpi, aku juga punya kemampuan.” Stara menjeda sejenak. “Aku bisa menghapus ingatan manusia.”
~~~
Sore ini, mereka akan melakukan perjalanan ke pulau Jeju. Jaemin mencari bis pengantar disore hari agar mereka bisa sampai pada malam harinya di rumah Haechan─teman Jaemin yang akan mereka temui.
Bahkan Jaemin sempat lupa kalau dia pernah mempunyai teman bernama Haechan.
Mereka sudah berada di dalam bis sekarang, tinggal menunggu keberangkatan dilaksanakan. Stara sudah terlelap di sampingnya, kepalanya bersandar pada bahu Jaemin yang tegap, sepertinya gadis ini kelelahan karena sudah mengeluarkan cahayanya cukup lama di saat lampu padam semalam.
Perjalanan akan memakan waktu sekitar lima jam. Mereka berangkat pukul empat sore dan kemungkinan besar akan sampai di Jeju pada pukul sembilan malam.Untung saja rumah Haechan tidak terlalu jauh dari tempat pemberhentian bis, jadi mereka tidak perlu repot-repot naik kendaraan untuk sampai di sana, hanya dengan berjalan kaki selama lima belas menit, mereka akan sampai.
Ketika bis mulai berjalan, Jaemin ikut terpejam seperti Stara, perjalanan ini akan memakan waktu yang cukup panjang.
~
“Jaem bangun, kita udah sampai.”
Jaemin menyipitkan kedua matanya, berusaha menyesuaikannya dengan cahaya yang terlihat remang-remang. “Ini di mana?” tanya Jaemin bingung.
“Dalam bis, di mana lagi?” Stara menjawab pelan, gadis itu mengambil tas Jaemin yang berada di bawah lalu menyerahkannya kepada laki-laki itu. Stara sendiri tidak membawa apa-apa karena dia akan menggunakan pakaian Jaemin untuk beberapa hari ke depan.
Jaemin tidak punya cukup uang untuk membelikan gadis itu baju baru.
“Udah sampai di Jeju?” Stara langsung menjawab dengan anggukan kepala.
Setelah memastikan bahwa ada beberapa orang juga yang bergegas keluar dari bis, Jaemin akhirnya bangun. Dia merasa sangat lemas, entah karena apa, padahal Jaemin hanya tertidur, kan? Tapi tidur itu terasa seperti menguras habis seluruh tenaganya.
“Yuk, buruan.” Stara sedikit menarik paksa lengan Jaemin karena pergerakan laki-laki itu terlalu lamban.
Mereka berdua turun dari bis, ada beberapa orang yang masih berdiri di dekat bis sepertinya menunggu jemputan, tapi ada juga yang sudah pergi lebih dulu untuk mencari kendaraan umum.
“Rumahnya di mana?” tanya Stara.
“Rumah siapa?”
Pletak!
“Aduh!” Jaemin meringis memegangi keningnya yang baru saja mendapat pukulan kecil dari Stara, gadis itu menatapnya dengan tatapan kesal.
“Kamu kenapa, sih? Aneh banget, kan, kamu yang ajak aku ke sini buat ketemu temen kamu itu!”
Oh, iya, mereka mau bertemu Haechan, ya? Kenapa Jaemin mendadak lupa?
Jaemin sempat berpikir kenapa mereka pergi ke sini, karena rasanya sedikit aneh dan terlalu cepat─entahlah, seperti sudah direncanakan ... namun ternyata perjalanannya terlalu cepat. Jaemin merasa seperti berangkat pada waktu yang salah.
“Jaemin!”
Seruan Stara mengembalikan seluruh kesadarannya, Jaemin juga langsung sadar bahwa hari semakin gelap, jadi tanpa menunggu lagi dia segera mengajak Stara untuk mulai berjalan.
“Lima belas menit dari sini, enggak apa-apa, kan, kalau jalan?” Jaemin bertanya disela perjalanan mereka.
Stara mengangguk senang. “Enggak apa-apa, soalnya aku punya firasat kalau temen kamu itu juga salah satu Bintang yang aku cari, soalnya kamu bilang dia juga punya kemampuan aneh, kan? Kamu tau kapan hari lahirnya?”
Kemampuan aneh? Kapan Jaemin berbicara tentang itu kepada Stara?
Stara menepuk pelan pundak Jaemin, membuat Jaemin kembali tersadar lagi. “Kamu kenapa, sih? Kok, banyak ngelamun?”
Jaemin menggeleng. “Tadi lo tanya apa?”
“Hari lahir temen kamu, kapan?”
Jaemin tampak berpikir sejenak sebeum bergumam dengan ragu. “Enam Juni? ... gue enggak tau bener apa enggak.”
“Gemini.”
“Apa?” Jaemin tidak mendengar suara Stara, karena suaranya terdengar sangat kecil.
“Kalau benar dia lahir tanggal 6 Juni, berarti dia─”
“Ara.” Jaemin menyela cepat kalimat Stara, matanya memandang lurus ke depan dengan serius. Karena merasa aneh dengan sikap Jaemin, akhirnya Stara ikut melihat ke depan, dan saat itu juga Stara langsung terkejut.
“Lo juga lihat, kan? Bukan gue doang?” bisik Jaemin pelan, namun Stara tidak menghiraukannya.
Tepat di depan sana, ada seorang laki-laki yang berjalan linglung sambil memegang sebuah botol minuman ... yang Jaemin yakini adalah minuman keras. Tapi bukan itu yang aneh darinya, melainkan tubuh laki-laki itu yang dalam sekejap menghilang lalu sekejap muncul kembali.
Jaemin sampai harus menahan kedipan matanya agar bisa memastikan dengan jelas bahwa laki-laki itu memang menghilang dan kembali terlihat dalam sekejap.
“Invisibility.” Stara berucap pelan.
Bruk!
Laki-laki itu menabrak Jaemin, botol minumannya terjatuh hingga menimbulkan bunyi cukup nyaring di g**g sepi seperti ini. Jaemin bergidik ketika mata laki-laki itu bertemu pandang dengan matanya, tatapannya sangat tajam dan menusuk.
Laki-laki itu menyeringai dalam ketidaksadarannya lalu mengucapkan sebuah kalimat yang sulit untuk Jaemin pahami.
“Gue cape jalan terus, kalau ada yang cari Park Jisung, jangan bilang kalau gue ada di sini, oke?”
Lalu dalam sekejap, laki-laki itu kembali menghilang dari hadapan Jaemin.