Leo, Aries, Taurus, Gemini, Sagitarius dan Aquarius.
Apa salah satu dari kalian memiliki dua pemilik?
∞
Stara berdiri dengan gemetar di depan pintu kamar Chenle, Jaemin bilang kalau Chenle sudah sadar dan kali ini dia tidak berteriak histeris seperti tadi. Sayangnya itu bukan berita baik, karena nyatanya, saat terbangun dari pingsan Chenle justru hanya diam seperti mayat hidup. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh laki-laki berdarah Cina itu, yang jelas Jaemin meminta agar Stara saja yang menemuinya, tidak dengan yang lain.
Stara menengadahkan tangannya, berdoa pada Tuhan agar mempermudah semua hal yang akan dilakukannya hari ini, walaupun tidak tahu bagaimana caranya, setidaknya Stara sudah mencoba mengajak Chenle bicara lebih dulu.
Setidaknya untuk berbagi rasa sakit?
Semoga Chenle tidak melempar Stara dengan lampu tidur lagi.
Pintu dibuka perlahan, sosok Chenle sudah terlihat dalam remang-remang cahaya bulan yang terpantul lewat jendela. Malam sudah semakin larut, tapi mereka berlima masih terjaga.
Chenle tidak merespon sedikit pun ketika Stara sudah berhasil masuk, membuat gadis itu langsung memutar otak, memikirkan berbagai macam cara untuk menarik perhatian Chenle.
“Permisi, saya dari layanan kamar kumuh milik Tuan Muda Chenle.”
Bingo!
Chenle langsung menoleh ke arah Stara dengan tatapan yang memicing sinis. “Ini bukan kamar gue!” jawabnya kesal. “kamar gue mewah, banyak fasilitasnya, ber-AC. Enggak kayak di sini, berdebu, mau napas aja gue harus mikir-mikir dulu.”
Stara tersenyum lebar, senyum tulus tanpa paksaan sedikit pun. “Chenle, mau lempar aku pake lampu tidur lagi? Enggak apa-apa, lempar aja. Soalnya aku seneng dengar kamu mau ngomong sama aku,” ucap Stara kelewat antusias, dia begitu senang mendengar balasan Chenle. Walaupun jika Haechan ada di sini dan mendengar semuanya, pasti akan terjadi perang dunia ke empat.
Chenle membuang muka, lebih memilih untuk menatap bulan daripada wajah Stara. “Gue bakal ngomong sama orang yang baik sama gue.”
“Tapi, tadi Jaemin kamu kacangin? Padahal, kan, dia enggak jahatin kamu.” Heran, padahal tadi Jaemin bilang Chenle sudah seperti mayat hidup, tapi yang Stara temukan justru berbeda.
“Oh, iya, satu lagi. Selain ngomong sama orang yang baik sama gue. Gue juga cuma pingin ngomong sama orang yang ....” Chenle menoleh lagi, meneliti wajah Stara dalam diam selama beberapa detik. “... udah nolongin gue.”
“Makasih, karena udah nolongin gue di Aula. Kalau enggak ada lo, mungkin gue bener-bener mati.” Chenle menarik napas panjang lalu tersenyum lemah. “Walaupun sebenernya, gue lebih berterima kasih kalau lo enggak dateng waktu itu. Ngebiarin gue mati, dan semua penderitaan gue bakal selesai.”
Lagi, Chenle kembali menjadi sosok yang menyebalkan. Menganggap kematian itu adalah suatu hal yang mempermudah segalanya, tanpa memikirkan dampak apa yang terjadi setelahnya.
Tapi Stara sangat bersyukur karena baik Chenle maupun Renjun, mereka sama-sama menguasai banyak bahasa karena tuntutan keluarga mereka. Sebagai seseorang yang berada, mereka banyak belajar sehingga hal itu memudahkan percakapan mereka. Stara jadi tidak perlu memutar otak bagaimana caranya mereka akan saling berkomunikasi jika nantinya bahasa mereka berbeda-beda.
“Aku baru aja ketemu dua sifat asli dari seseorang yang berbeda hari ini.” Stara menerawang, sekelebat ingatan tentang pembicaraannya bersama Haechan beberapa jam lalu kembali terputar di kepalanya. “Dia yang berusaha kuat, untuk menutupi kelemahannya. Dan kamu yang ingin menjadi lemah, untuk menutupi semua kekuatan yang kamu punya—kalian bertolak belakang, kan? Padahal kalian enggak punya hubungan apa-apa.”
Stara terdiam, mencerna dengan baik kalimat terakhir yang baru saja dia ucapkan pada Chenle. Beberapa detik kemudian, seulas senyum tipis terbit di bibir mungilnya, Stara rasa ini saatnya.
Membahas tentang para Bintang Pendampingnya.
“Chenle.” Stara mendekat lalu memegang masing-masing pundak Chenle, kepalanya tertunduk sedikit untuk mensejajarkan wajahnya dengan wajah laki-laki itu. “Ada sesuatu yang harus aku bahas bareng kalian, berkaitan dengan masa depan dunia dan masa depan kalian juga. Aku mungkin enggak tahu apa yang udah terjadi antara kamu dan Renjun di masa lalu, tapi buat kali ini ... kamu mau, kan, berada di satu ruangan yang sama bareng Renjun buat dengar semua penjelasan aku?”
Chenle menatap manik mata Stara dengan serius. “Apa yang bakal gue dapet dari itu semua?”
“Kalau kamu memilih untuk pergi, aku enggak bakal melarang walaupun akan berdampak besar sama dunia nantinya. Tapi kalau kamu memilih untuk tinggal, setelah semuanya selesai ....” Stara menepuk pundak Chenle sekali lalu mengatakan sebuah kalimat yang membuat Chenle cukup terkejut, sorot mata gadis itu menunjukkan sarat akan keseriusan, sehingga Chenle ragu untuk menganggap semua kalimatnya hanya sebuah kebohongan.
“... aku bisa mengubah semua takdir sedih kamu menjadi kebahagiaan.”
*
Sreet!
Gorden jendela kamar Haechan ditutup rapat oleh Stara, gadis itu berbalik lalu menatap secara bergantian lima orang laki-laki yang berada dalam satu ruangan ini bersamanya. Chenle yang duduk tenang di atas tempat tidur, lalu Jaemin dan Haechan pada masing-masing sisi tempat tidur, Renjun yang memilih duduk di kursi meja belajar dan Jisung yang tetap bertahan untuk berdiri di dekat pintu.
“Matiin lampunya.” Perintah Stara entah untuk siapa. Jaemin baru saja ingin berdiri, tapi Chenle sudah lebih dulu mengangkat tangannya untuk mematikan lampu itu menggunakan kemampuannya.
Kamar Haechan menjadi gelap seketika, hanya ada cahaya bulan yang remang-remang berusaha menerobos masuk lewat gorden jendela. Hening mendominasi, kelima Bintang Pendamping hanya diam menunggu, sedangkan Stara sedang menyempurnakan cahayanya untuk mulai bersinar.
“Di luar semua kuasa-Nya, aku tercipta. Menjadi penerang untuk mengembalikan jiwa-jiwa tersesat menuju keabadian. Ta asteria einai gia to fos, asterismoi ton sykon, lampsi!”
Gelap dalam ruangan sedikit demi sedikit mulai dirambati oleh titik-titik cahaya, langit-langit kamar Haechan yang semula berwarna putih kini berubah menjadi biru seperti langit malam dengan bintang-bintang kecil yang bersinar di sekitarnya. Tidak sampai di sana, perlahan satu per satu bintang dengan ukuran yang lebih besar muncul, lalu membentuk sebuah garis pola yang saling terhubung.
“Leo. Na Jaemin, Dreamer yang menjadi penunjuk jalan selama tugasku terlaksana. Seiring berjalannya waktu, kamu akan memiliki kemampuan lain sebagai Clairvoyance yang akan mampu melihat kejadian selang satu sampai tiga hari ke depan tanpa harus bermimpi lagi.” Seperti sebuah komunikasi yang pernah Stara bicarakan pada Haechan. Bintang yang berada di paling tengah mulai bersinar lebih terang dari pada yang lain, seolah menunjukkan letaknya, tempatnya khusus miliknya.
“Aries. Huang Renjun, Anoigma Pylis atau yang sering aku sebut sebagai pembuka portal, kemampuanmu akan berguna untuk akhir tugas ini, kamu yang akan membawa kami semua menuju langit ketujuh tempat di mana aku akan bersinar. Dan seiring berjalannya waktu pula, kamu akan memiliki kemampuan lain yaitu Astral Projection di mana kamu akan mampu membawa kami untuk menjelajahi dimensi apa pun dimasa lalu dan masa depan tapi tanpa bisa merubah apa pun di sana.” Bintang yang berada tepat di belakang Leo ikut bersinar, bersamaan dengan garis penghubung di antara keduanya.
“Taurus.” Stara menghela napas karena tidak ada yang berubah, baik salah satu Bintang maupun garis penghubungnya tidak ada yang bersinar kali ini.
“Gemini. Lee Haechan, seorang Psychometry yang mampu membaca karakter setiap orang dengan sekali tatap, kemampuan ini sangat berguna untuk apa pun yang sedang menunggu kita di depan sana. Dan maaf Haechan, aku harus mengatakan rahasia kamu kepada semuanya. Haechan sudah lebih dulu mengetahui kemampuan lainnya sebagai seorang pelihat masa lalu atau Retrokognision. Dan aku yakin, kemampuan itu sangat berguna sebagai penghubung kita semua.” Bintang yang berada paling atas bersinar, Gemini seperti pemantau jarak jauh, dari atas dia bisa memperhatikan keenam Bintang lainnya menggunakan kemampuannya.
“Sagitarius. Zhong Chenle, tanpa diberitahu aku sudah mengetahui kemampuan kamu sebagai seorang ahli benda. Telekinesis digunakan untuk menggerakan benda-benda mati, kamu bisa menjadi tameng untuk kami semua. Dan sama seperti Haechan, Chenle sudah mengetahui dua kemampuannya sebagai seorang Magician, kamu beruntung Chenle, kemampuan hebat yang sangat diinginkan semua orang, walaupun sebenarnya aku yakin kamu enggak menginginkan kemampuan ini.” Bintang di atas Aries ikut bersinar, bersamaan dengan garis penghubungnya juga, menunjukkan tempat di mana dia seharusnya berada.
“Aquarius. Park Jisung, kamu bisa menghilang kemampuan yang sering aku sebut sebagai seorang Invisibility, kamu bisa menggunakan kemampuan ini untuk keadaan mendesak ketika terjebak dalam sebuah bahaya, dan aku juga yakin kemampuan ini sering kamu gunain buat kabur dari penjara. Terakhir, aku sadar kalau kamu udah tau satu kemampuan kamu yang lain yaitu Teleportasi, kamu bisa menggunakan kemampuan ini terhadap manusia ataupun benda mati, tapi untuk urusan kemampuan ini, manusia yang bisa kamu pindahkan hanya diri kamu sendiri.” Terakhir, Bintang yang berada paling akhir dan paling bawah ikut bersinar bersama dengan garis penghubungnya, tempat Jisung untuk berdiri dan menjadi pelindung yang lainnya dari belakang.
Stara yakin mereka semua paham dengan apa yang baru saja dia jelaskan, terlihat jelas dari wajah takjub yang diam-diam mereka sembunyikan. Stara tidak bisa membentuk cahayanya lebih lama lagi, karena ketujuh Bintang belum terkumpul, kekuatannya belum maksimal. Maka untuk lebih cepat mengakhiri ini, gadis itu kembali bicara.
“Sesuai pola yang sudah terhubung, dan Bintang yang bersinar sesuai dengan nama masing-masing itu tempat kalian. Pola terakhir yang harus kita bentuk tepat pada tanggal 29 Febuari yang berarti sembilan bulan lagi, itu waktu yang kita miliki untuk menemukan dua Bintang yang tersisa. Kalian lihat? Ada dua tempat yang belum terisi di sana.” Stara menunjuk langit, tepat di mana dua Bintang lain yang masih meredup. “Kalau kita berhasil, aku akan bersinar dan bumi akan selamat. Tapi kalau kita gagal, langit akan kehilangan salah satu Rasi paling penting dan itu akan berakibat fatal. Akan ada kelumpuhan cahaya mendadak jika kita gagal dan itu akan menyebabkan ... bumi hancur.”
“Dalam takdirku, hanya ada enam Bintang yang tertulis dan kita harus menemukan yang tersisa, yaitu Taurus. Sedangkan satu Bintang lagi, entah kenapa aku punya firasat kalau dia adalah Bintang Pendamping yang terakhir, dan yang pasti pemilik kemampuan yang paling aku butuhkan untuk tugas ini.” Stara mulai meredupkan kembali sinarnya yang sempat terjabarkan, dalam remang-remang dia berucap pelan.
“Bintang Pendamping terakhir, pemilik Bintang yang sama dengan salah satu di antara kalian. Seorang pelihat masa depan atau yang biasa aku sebut sebagai Prekognision.”