Hari ini Macy memutuskan untuk pergi berjalan-jalan mengelilingi kota Jakarta yang sudah cukup lama ia tinggalkan. Ia pergi ke berbagai pusat perbelanjaan hanya untuk sekadar melihat-lihat karena ia tidak suka menghambur-hamburkan uang.
Setelah lelah karena berkeliling seharian, Macy memutuskan untuk pergi ke sebuah cafe. Ketika mencari cafe, Macy melihat sebuah cafe yang tidak asing baginya. Cafe dengan interior unik seperti yang pernah ia kunjungi ketika berada di London dan ia memutuskan untuk pergi ke cafe tersebut.
Dan seperti biasa, Macy duduk di kursi paling pojok dekat dengan jendela yang menghadap langsung ke jalan raya setelah memesan minuman.
Ketika menyeruput minumannya, pandangan gadis itu tiba-tiba jatuh pada seorang pria yang tengah berjalan masuk ke cafe ini dan membuatnya hampir saja menyemburkan minumannya.
Pria tersebut memakai kaos polo putih yang agak ketat sehingga mencetak otot-ototnya dengan jelas serta celana jeans hitam selutut, simple tapi hal itu tak memudarkan pesonanya sama sekali.
“Sial sekali melihatnya di sini. Huft!” Gerutu Macy kemudian segera menghabiskan minuman dinginnya lalu beranjak dari duduknya setelah meletakkan selembar uang berwarna biru.
Saat berada di depan cafe, Macy menghentikan langkahnya.
“Tunggu, kenapa sepertinya aku pernah melihatnya di suatu tempat?” Tanya Macy pada dirinya sendiri kemudian berbalik dan melihat pria tersebut tengah berbicara dengan salah satu pelayan cafe.
“Bukan, bukan, selain di pesawat waktu itu. Aku merasa pernah melihatnya sebelum itu, wajahnya sangat familiar. Tapi di mana?” Gumamnya lagi.
“Sudahlah, sepertinya aku memang tidak pernah bertemu dengannya” Ucapnya kemudian melanjutkan langkahnya memasuki mobil sport yang ia kemudikan sendiri.
Sesampainya di rumah, Macy segera masuk ke dalam dan berpapasan dengan Tessa yang baru saja keluar dari dapur.
“Macy pulang, Mom” Ucap Macy kemudian mencium pipi Tessa.
“Bagaimana tour singkatmu, sayang?” Tanya Tessa sembari berjalan ke ruang keluarga diikuti Macy di belakang.
“Biasa saja Mom. Lagipula ini bukan tour, ini hanya jalan-jalan biasa untuk melihat apa saja yang aku lewatkan selama tiga tahun terakhir” Ujar Macy bertepatan dengan mereka yang memasuki ruang keluarga dimana Derrick telah berada di sana dengan secangkir kopi.
“Kamu sudah pulang, Nak?” Tanya Derrick.
“Iya, Dad” Jawab Macy kemudian mencium pipi Derrick.
“Bagaimana? Sudah siap masuk perusahaan?” Tanya Derrick sedikit bercanda karena ia tidak akan setega itu pada putrinya yang baru saja pulang untuk langsung mengurus perusahaan.
“Sayang, kamu ini. Putrimu ‘kan baru tiba, kamu sudah tanyakan hal itu” Gerutu Tessa.
“Bercanda sayang. Kamu ini kebiasaan, tidak bisa diajak bercanda” Ujar Derrick kemudian mencium pipi sang istri.
“Tidak usah cium-cium. Nanti malam kamu tidur di kamar bawah” Kesal Tessa membuat Macy tersenyum geli melihat tingkah sang ibu yang seperti anak muda.
“Yah… Jangan dong sayang. Nanti Daddy melukin siapa?” Melas Derrick cemberut.
“Tidur saja sama guling” Ucap Tessa.
“Kak Monic di mana, Mom?” Tanya Macy menengahi pertengkaran orang tuanya yang seperti ABG.
“Kakakmu masih di butik, masih ada desain yang mau dia selesaikan katanya. Oh iya Cy, nanti malam istri rekan kerja Daddy mu berulang tahun, Daddy, Mommy, sama Monic mau pergi, kamu ikut ya?” Ajak Tessa.
“Macy boleh ti…”
“Pokoknya kamu harus ikut” Ucap Tessa memotong ucapan Macy karena ia tahu apa yang akan dikatakan oleh putri bungsunya tersebut.
“Baiklah kalau Ibunda Ratu telah berkehendak” Ucap Macy.
Setelah mengobrol cukup lama dengan orang tuanya, Macy berlalu ke kamarnya dan mulai menyiapkan gaun yang akan ia kenakan untuk nanti malam yang berarti tinggal dua jam lagi karena acaranya dimulai pukul tujuh malam.
Setelah menyiapkan perlengkapannya, Macy mengecek beberapa pesan yang masuk ke e-mail-nya dan kebanyakan dari mereka ada teman kampus dan teman kantor Macy yang mengatakan bahwa mereka sangat merindukannya.
Sementara beberapa lainnya adalah rekan bisnis dari perusahaan tempat ia magang hingga beberapa bulan yang masih saja menghubunginya perihal kerja sama padahal ia telah memberitahukan bahwa ia telah resign dari perusahaan tersebut.
Tak hanya rekan bisnis, bahkan masih ada beberapa agensi yang memintanya untuk tetap menjadi model brand mereka. Meskipun bukan agensi dari brand ternama, namun selama Macy menjadi model mereka tingkat penjualan mereka cukup meningkat.
Setelah membaca semua e-mail yang masuk, Macy memutuskan membalas e-mail dari teman-temannya terlebih dahulu kemudian membalas e-mail dari pihak perusahaan dan agensi.
Membalas pesan yang masuk ke e-mail-nya membutuhkan waktu kurang lebih satu jam dan membuat Macy harus segera bersiap untuk acara yang akan diadakan satu jam lagi.
Dress biru dongker dengan pita putih di pinggang, high heels dengan warna senada, clutch putih, make-up tipis, rambut yang digerai, gelang perak berhiaskan permata biru disisinya yang merupakan hadiah dari Kenia untuk ulang tahunnya, serta semprotan parfum Victoria Secret edisi limited edition.
Itulah penampilan Macy malam ini. Simple, namun tetap cantik dan menawan hingga dapat memikat seluruh lawan jenis yang melihatnya.
Selesai bersiap, Macy keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah untuk menemui Derrick dan Tessa yang telah menunggunya.
“Dad, Mom” Panggil Macy yang melihat kedua orang tuanya tengah duduk di sofa ruang tamu yang membuat mereka berdua menoleh padanya.
“Wah, putri Daddy cantik sekali malam ini” Puji Derrick seraya berdiri bersama Tessa menyambut Macy yang berjalan mendekat ke arah mereka.
“Tidak Dad, Mommy lebih cantik” Sanggah Macy.
"Tidak sayang, Daddy lebih cantik" Canda Tessa yang membuat Macy tertawa dan Derrick yang merajuk.
"Aku bercanda sayang" Ucap Tessa sambil mengelus pipi Derrick lembut yang langsung membuat Derrick tersenyum malu hingga membuat Macy tersenyum melihat tingkah Derrick yang masih seperti ABG labil.
"Ya sudah, ayo berangkat. Sebentar lagi pestanya akan dimulai" Ajak Derrick.
“Tapi Kak Monic mana, Dad?” Tanya Macy.
“Jangan tanya, kakakmu itu masih sibuk dengan gaun klien-nya yang akan menikah. Belum lagi dengan restorannya. Katanya jika sempat dia akan menyusul” Jawab Tessa mendahului Derrick yang baru saja akan menjawab. Namun begitu, ia tak marah dengan kelakuan sang istri yang sudah biasa baginya.
“Baiklah. Kalau begitu, ayo pergi” Ajak Macy.
Mereka bertiga menggunakan dua mobil yang berbeda. Derrick dan Tessa di antar oleh Pak Mardi sementara Macy menggunakan mobilnya sendiri.
-------
Kediaman keluarga Carbert begitu mewah, tempat yang disebut mansion ini telah disulap menjadi indah layaknya pesta ulang tuhan. Mewah dan meriah.
Saat pintu terbuka lebar, mereka disambut oleh seorang pria yang merangkul pinggang wanita yang sudah berumur namun tetap cantik.
Dan seperti yang Macy duga, mereka berdua merupakan Edwan Carbert dan Luna Carbert sang pemilik mansion dengan Luna Carbert yang menjadi pusat malam ini.
"Selamat datang Derrick, Tessa " Sapa Edwan seraya menjabat tangan Derrick dan Tessa.
"Selamat ulang tahun, Luna" Ucap Derrick sembari menyalami Luna dan disusul oleh Tessa dengan ucapan yang sama.
"Terima kasih Derrick, Tessa" Ucap Luna dengan senyum yang menghiasi wajah cantiknya.
"Ngomong-ngomong siapa yang kau bawa ini Derrick?" Tanya Edwan yang penasaran dengan Macy.
"Perkenalkan ini putri keduaku, Macy Allyson. Macy, beliau adalah rekan bisnis Daddy dan istrinya yang berulang tahun malam ini. Edwan Carbert dan Luna Carbert" Ucap Derrick.
“Benarkah? Putrimu cantik sekali, Derrick. Kenapa aku baru melihatnya?” Tanya Luna.
“Putriku baru saja pulang dari London setelah menyelesaikan studinya” Jawab Derrick.
"Senang berkenalan denganmu Macy" Ucap Edwan.
"Saya pun merasa demikian, Om" Ucap Macy seraya tersenyum. "Dan selamat ulang tahun, Tante" Lanjut Macy.
“Terima kasih Macy” Ucap Luna.
"Lalu di mana Monic, Derrick?" Tanya Edwan.
"Monic sepertinya tak bisa hadir malam ini. Karena dia sedang sibuk dengan butik dan restorannya" Jawab Derrick membuat Edwan mengangguk.
"Oh ya, bukankah kalian memiliki seorang putra?" Tanya Derrick.
"Benar, tapi dia juga sedang mengurus cafe nya. Mungkin dia akan datang terlambat" Jawab Edwan.
Setelah perkenalan tersebut, inti dari acara malam ini pun dimulai. Seluruh tamu undangan menyanyikan lagu ulang tahun sambil bertepuk tangan serta menyanyikan lagu tiup lilin dan potong kue. Setelahnya, semua kembali ke aktivitas masing-masing setelah mengucapkan selamat pada Luna.
Tak lama setelah menyapa tamu lain, Edwan dan Luna kembali menghampiri Macy, Derrick, dan Tessa. Mereka berbincang-bincang dengan pembahasan masing-masing. Tessa dan Luna yang membahas mengenai fashion. Derrick dan Edwan yang membahas bisnis dengan Macy yang sesekali ikut dalam pembicaraan tersebut.
Ditengah perbincangan mereka, seorang pria dengan setelan hitam datang menghampiri mereka sembari membawa bunga serta sebuah kotak. Kedatangan pria tersebut membuat Macy terkejut dan lebih terkejut lagi ketika mendengar panggilan pria itu untuk Edwan dan Luna.
"Ma, Pa, maaf aku terlambat" Ucap pria tersebut. "Happy Birthday, Ma" Lanjutnya lalu menyerahkan sebuket bunga pada Luna lalu memeluknya.
"Thank you, My Little Boy" Ucap Luna.
Panggilan Luna terhadap pria tersebut membuat Macy harus menahan tawanya dan hal itu sedikit menghilangkan keterkejutannya atas semua peristiwa yang terjadi padanya sejak kedatangannya ke Jakarta.
"Ma..." Rajuk pria tersebut membuat Luna terkekeh.
"Edwan, Tessa, perkenalkan ini putra kami Will Carbert. Will, kenalkan mereka adalah Derrick Allyson dan Tessa Allyson serta putrinya Macy Allyson" Ucap Edwan.
"Senang berkenalan dengan Anda Tuan Derrick dan Nyonya Tessa" Sapa Will sembari menyalami Derrick dan Tessa.
"Senang berkenalan denganmu juga” Ucap Derrick dan Tessa bergantian.
"Ah, dan tidak perlu memanggil kami dengan sebutan Tuan dan Nyonya. Cukup panggil kami Om dan Tante" Ucap Derrick.
"Baiklah" Ujar Will.
Saat hendak menyapa Macy, sejenak tatapan Will terkunci pada mata Macy. Namun hal itu tak berlangsung lama karena Will segera menyapa Macy.
Setelah saling menyapa, mereka kembali berbincang. Tessa dan Luna mengganti topik menjadi gosip. Macy, Derrick, Edwan, serta Will masih setia dengan pembahasan bisnis.
Sesekali Macy melirik ke arah Will secara diam-diam hingga membuatnya hampir kepergok. Namun bukan hanya Macy, pasalnya Will juga beberapa kali ketahuan menatap Macy oleh Macy sendiri. Macy tak tahu alasan mengapa mereka seperti bertingkah ABG seperti ini. Namun yang pasti, Macy merasakan ada banyak kupu-kupu berterbangan di sekitar perutnya.
Setelah berbincang cukup lama, Macy, Derrick, dan Tessa memutuskan untuk pamit pulang.
Mobil Derrick dan Macy berlalu terlebih dahulu. Sementara Macy yang baru saja keluar dari pagar melihat seorang pria yang sangat ia kenal tengah membukakan pintu mobil untuk seorang wanita yang tak sempat ia lihat wajahnya.
"Warren!" Gumam Macy seraya mencengkeram setir mobilnya kemudian kembali melajukan mobilnya.
-------
Setelah membersihkan tubuh dan memakai piyamanya, ponsel Macy tiba-tiba berbunyi.
Kenia is calling…
"Halo?" Sapa Macy.
"Cycy!" Sapa Kenia.
"Iya Ken, ada apa?" Tanya Macy.
"Kamu di mana? Sudah pulang?" Tanya Kenia balik tanpa menjawab pertanyaan Macy.
"Aku di rumah. Kenapa?" Tanya Macy kembali.
"Kangen. Lagipula Papa sama Mama sudah kembali ke Indonesia tadi siang" Jawab Kenia.
"Memangnya ke mana pacarmu?" Tanya Macy.
"Pacar? Apa itu? Apa itu semacam makanan? Atau benda? Atau apapun yang tidak kuketahui?" Ucap Kenia membuat Macy terkekeh.
"Jangan bercanda. Kamu punya segudang pacar di sana" Balas Macy.
"Biasa saja" Ucap Kenia. “Baiklah. Tutup saja telponnya. Aku yakin kamu sudah mengantuk karena di sana sudah hampir tengah malam” Ujar Kenia.
"Eh, tunggu!" Cegah Macy.
"Why?" Tanya Kenia.
"Kamu tahu Warren ‘kan?" Tanya Macy sembari mencengkeram bantal tidurnya, merasa sedikit takut setiap kali menyebut nama pria itu.
"Iya tahu. Warren yang ‘sok ganteng padahal hanya sebutir pasir di pantai ‘kan? Memang dia kenapa?" Tanya Kenia.
"Tadi aku lihat dia di acara ulang tahun istri rekan bisnisnya Daddy" Jawab Macy pelan.
"Terus?"
"Dia bareng cewek"
"Terus?"
"Tapi aku tidak sempat melihat muka ceweknya"
"Terus?"
"Ya aku cuma penasaran, dia lagi apa di acara ulang tahun istri rekan bisnisnya Daddy"
"Terus?"
"Terus belok kanan ketemu jurang, kamu lompat 'deh ke sana"
"Terus?"
"Iiihh, Kenia apaan sih?! Aku lagi serius ya!"
"Hahahaha... Aku juga lagi serius tahu"
"Kalau serius kenapa cuma bilang terus terus terus mulu?"
"Habisnya kamu kalau curhat kebiasaan sepotong-sepotong dan buat pendengar setiamu ini merasa digantung. Lagipula kenapa bahas dia ‘sih? Tidak penting"
"Kamu benar juga ‘sih. Dia tidak penting untuk dibahas"
"Ya sudah kalau begitu. Mending kamu tidur saja. Aku mau jalan dulu"
"Jalan? Sama siapa? Bukannya kamu tidak punya pacar?"
"Siapa yang bilang?"
"Kamu"
“Kapan?”
“Tadi”
“Oh”
“Iih Kenia!”
“Bercanda, bercanda. Ya sudah, aku tutup ya. Anak kecil tidur saja sana”
Setelahnya, Kenia benar-benar memutuskan sambungan teleponnya sebelum mendengar gerutuan Macy.
-------
Ketemu lagi nih mereka wkwk >_<
Love you guys~