Will Carbert. Selain mewarisi perusahaan sang ayah, Will juga berhasil membangun cafe dengan usahanya sendiri sebelum mengambil alih perusahaan Derrick sepenuhnya. CW Coffea telah Will kelola sejak ia masih kuliah.
Awalnya ia hanya mencoba. Namun setelah beberapa bulan beroperasi, cafe tersebut ternyata menghasilkan keuntungan lebih dari yang Will bayangkan hingga membuatnya berhasil membangun cabang di London, Korea, Australia, Thailand, Paris, Italia, serta Bangkok. Dan tentu saja, Will memercayakan Cafe-nya pada orang kepercayaannya.
Tahun ini ia berumur 27 tahun, namun masih setia dengan status single-nya. Kenapa? Karena ia tak mau terikat dalam hubungan yang suatu hari akan berakhir. Ia hanya akan berkomitmen jika ia merasa telah menemukan wanita yang tepat untuk berada di posisi tersebut.
Dan malam ini, ia bertemu dengan wanita tersebut untuk yang ke tiga kalinya. Bukankah ini takdir? Orang bilang, jika kita bertemu secara tidak sengaja sebanyak tiga kali atau lebih maka itu adalah takdir.
Jika benar Macy adalah takdirnya, maka ia tidak akan keberatan sama sekali.
Macy adalah wanita pertama yang membuatnya jatuh. Membuat jantungnya berpacu dengan cepat hingga membuat sesak. Bahkan saat tangan mereka bersentuhan, Will kembali merasakan getaran yang sama ketika Macy menyandarkan kepalanya di pundaknya saat berada di pesawat. Suaranya pun begitu lembut terdengar di telinganya.
Ketika semua tamu undangan telah pulang, Will segera menarik Luna masuk ke dalam kamarnya dan mendudukkan sang Ibu di atas ranjang sementara Will berlutut di hadapannya. Will mengeluarkan kotak berukuran sedang yang berisikan kalung.
"Wah! Thank you My Little Boy" Seru Luna exited setelah melihat keindahan kalung tersebut.
"Ma, don't call me like that again. Come on, I have 27 years now" Rajuk Will.
"Tapi Mama suka" Ucap Luna lalu mencubit sebelah pipi Will gemas layaknya seorang anak kecil.
"By the way, tadi Mama lihat kamu melirik Macy terus. Kamu suka sama dia?" Tanya Luna tiba-tiba membuat Will terkejut.
"Maksud Mama?" Tanya Will pura-pura tak mengerti.
"Kamu jangan pura-pura tidak tahu, Mama tahu ‘kok kamu ngerti. Sekarang kamu cuma perlu jawab pertanyaan Mama dengan 'ya' atau 'tidak'?" Tanya Luna.
"Ma" Ucap Will dengan nada manjanya lalu memeluk pinggang Luna dan meletakkan kepalanya di atas pangkuan Luna.
Seperti itulah jika Will bersama Luna sang Ibunda. Ia jauh dari apa yang kebanyakan orang ketahui. Will dan Luna layaknya sahabat yang saling mengetahui satu sama lain, termasuk malam ini ketika Luna memergoki Will terus-menerus melirik putri bungsu Derrick Allyson dan Tessa Allyson.
"Ayo, sekarang cerita sama Mama" Ucap Luna sembari mengusap-usap kepala Will.
"Will ketemu dia pertama kali di London, cafe Will. Dan bertemu kembali di pesawat waktu Will balik dari London. Awalnya Will biasa-biasa saja waktu duduk di sampingnya. Tapi ketika dia tertidur dan tanpa sengaja kepalanya jatuh ke pundak Will, Will merasa ada getaran aneh di d**a Will. Dan itu pertama kalinya Will merasakan perasaan seperti itu" Jelas Will.
"Jadi menurut kamu, bagaimana perasaan kamu sama Macy?" Tanya Mama sambil terus membelai rambutku.
"Will juga tidak tahu Ma" Jawabku jujur.
"Kalau Mama bilang kamu suka sama Macy" Ucap Luna membuat Will mendongak ke arah Luna. Seharusnya Will tidak perlu merasa ragu dengan perasaannya karena bahkan Ibunya sendiri bisa melihat hal tersebut.
"Kamu ingat waktu Mama bilang kalau Mama mau menjodohkan kamu sama wanita pilihan Mama?" Tanya Luna sementara Will mengangguk sebagai jawabannya. "Dan kamu menolaknya sebelum melihat wanita itu" Lanjut Luna dan Will mengangguk kembali.
“Wanita itu adalah Macy” Ucap Luna membuat Will tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh sang ibu.
"Sekarang, Mama kasih kamu kesempatan kedua. Kamu mau terima perjodohan ini atau tidak?" Tanya Luna.
Sejenak Will terdiam dengan menatap manik Luna. Terdapat keraguan di hatinya, namun rasa menginginkan itu jauh lebih besar hingga membuat Will menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
-------
Suara dentakan garpu dan pisau di atas piring bergema di ruang makan keluarga Allyson. Mereka tengah sarapan di pagi hari yang sangat cerah di tengah kota Jakarta yang macet.
"Macy" Panggil Derrick memecah keheningan.
"Iya Dad?" Tanya Macy.
“Daddy tahu ini mungkin terlalu tiba-tiba, tapi Daddy ingin menjodohkanmu dengan putra rekan bisnis Daddy” Ujar Derrick.
“What? Seriously Dad? Macy sudah 22 tahun dan lagi mana ada yang main jodoh-jodohan di zaman sekarang?” Protes Monica.
“Monic” Tegur Tessa.
"Tapi kalau kamu tidak mau, Daddy tidak akan memaksa Nak. Daddy tidak mau melihat putri Daddy melakukan apa yang tidak dia inginkan" Ucap Derrick.
"Ya iyalah Dad, mana ada orang bahagia menikah tanpa cinta. Cinta itu tidak bisa dipaksakan” Ucap Monica.
“Monic” Tegur Tessa untuk kedua kalinya. Entah mengapa putri sulungnya ini sangat cerewet dan suka ikut campur masalah orang.
"Macy akan terima perjodohan itu Dad" Ucap Macy sembari tersenyum.
"Tapi Dek..." Ucapan Monica terhenti oleh ucapan Macy.
"Kak, Macy yakin pilihan Daddy sama Mommy tidak pernah salah. Kalaupun kali ini Macy dijodohkan sama orang yang tidak Macy kenal, tapi Macy yakin kalau Daddy dan Mommy melakukan ini juga demi Macy. Kalau soal cinta, itu bisa tumbuh seiring berjalannya waktu" Jelas Macy.
"Kamu benar-benar mau menerimanya, Sayang?" Tanya Tessa memastikan.
"Iya Mom" Jawab Macy.
"Baiklah. Besok malam kita akan makan malam bersama di rumah mereka. Jadi bersiaplah" Putus Derrick.
"Baik Dad" Ucap Macy.
"Dan Monic, besok malam kamu harus meluangkan waktumu untuk ikut. Jangan hanya mengurus butik dan restoranmu, bahkan Daddy yakin kalau Roy juga sudah bosan melihatmu bekerja terus hingga tidak punya waktu untuknya dan akhirnya membatalkan pernikahan kalian" Sindir Derrick.
Monica memang berencana untuk menikah dengan pria yang telah ia pacari selama empat tahun, Roy Arsenio Agustin. Seorang dokter terkemuka di Indonesia dengan latar belakang yang juga tak kalah mumpuni. Ia adalah anak kedua dari seorang pengusaha besar se-Asia.
Ia memilih menekuni profesinya sebagai dokter dibanding meneruskan perusahaan sang ayah yang memang telah dipegang oleh sang kakak. Roy telah melamar Monica tiga bulan lalu dan akan menikah bulan depan sesuai rencana.
"Iih! Daddy mulutnya nakal. Memang Daddy mau Monic batal nikah? Lagipula Roy cinta mati sama Monic. Dan asal Daddy tahu saja, setiap hari aku sama Roy selalu ketemu ‘kok. Daddy saja yang tidak tahu" Kesal Monica. Seperti inilah jika Monica dan Derrick berada di ruangan yang sama, adu mulut tidak akan dapat terhindarkan.
"Buktinya apa?" Goda Derrick.
"Telepon saja calon menantu Daddy" Seru Monica.
"Sudah, sudah. Kalian berdua kebiasaan kalau ketemu selalu adu mulut. Memangnya kalian tidak bosan? Lebih baik habiskan sarapan kalian" Pintah Tessa menengahi pertengkaran antara suami dan putri sulungnya itu.
"Daddy yang mulai, Mom" Adu Monica.
"Sudah Monic" Tegas Tessa.
"Daddy ‘kan hanya mengucapkan fakta" Bantah Derrick.
"Stop, Der" Kesal Tessa.
Lama-kelamaan Luna merasa akan semakin cepat tua jika dihadapkan pada suami dan putri sulungnya yang tidak mau mengalah satu sama lain. Bahkan ia berpikir hanya dirinya dan Macy yang waras di antara mereka.
-------
Diterima guyss >_<
Kira-kira gimana reaksi Macy pas tahu kalo yang dijodohin sama dia itu Will?
Love you guys~