Zu masih menatap nisan itu. Tidak pernah terbayangkan di benaknya untuk mendapatkan takdir hidup yang seperti ini. Walaupun begitu, dia juga tetap tidak bisa menolak jika di dalam hidupnya hadir seorang anak yang kelak akan memanggilnya Daddy. Tapi nyatanya, semua hanya tinggal kenangan. Zu tidak mau menyesali apa yang sudah terjadi. Dia sadar karena apa yang terjadi, itu karena sikapnya yang tidak dewasa dan lebih memikirkan egoisnya. Dia sadar, bahwa dendamnya membawa kehancuran untuk hidupnya. Zu masih tetap memandang sebuah nisan yang bahkan dia sendiri belum sempat untuk melihat perkembangan dari nama yang tertulis di nisan itu. “Apa aku pantas memanggilmu Baby atau My Girl.” Ucap Zu terawa pelan.