"Kak, jangan kelewatan!" ucapku saat Kak Alfath lagi-lagi mendekatkan wajahnya ke wajahku. Aku heran kenapa Kak Alfath berubah menjadi pria mesuum. Eh sebenarnya dari dulu dia m***m, hanya saja dia lebih bisa mengontrol dirinya. Tidak seperti sekarang yang main sosor seenaknya. Kak Alfath tergelak, ia menciumi hidungku bertubi-tubi. Melihat tawanya, aku juga ikut tertawa. Kak Alfath menarik punggungku untuk membantuku duduk, ia juga merapikan rambutku yang sangat acak-acakan. "Tidak mungkin kakak melakukan itu, Sayang," ujar Kak Alfath. "Lalu kapan kakak akan menikahiku?" tanyaku. "Hem ... sebenarnya Kakak ingin menikahimu sekarang, tapi kakak masih harus bekerja. Pangkat kakak masih pangkat satu, kalau empat tahun lagi kakak menikahimu bagaimana?" tanya Kak Alfath. "Kakak masi