Adiva menarikku untuk menuju ke kamarnya. Aku menolehkan kepalaku sebentar ke orangtuanya yang juga turut menatapku. Mereka menganggukkan kepalanya mengisyaratkan tidak apa-apa. Aku pun mengikuti Adiva menaiki tangga. Sepanjang perjalanan dia tidak berhenti mengoceh. Entah apa yang dibicarakannya aku pun juga tidak begitu paham. “Kakak, ayo masuk sini!” ajak Adiva membuka pintu dan mendorong tubuhku untuk masuk. Aku membulatkan mataku saat Adiva mengunci pintu kamarnya dan mengantongi kuncinya di saku celana. Seketika aku merinding, menanti dengan penasaran apa yang akan gadis kecil itu lakukan. “Kenapa dikunci?” tanyaku. “Biar kakak gak kabur,” jawab Adiva. “Apa kamu tidak takut aku menyakitimu di sini? Kakak laki-laki dan kamu perempuan,” ujarku. Adiva tersenyum sembari mendeka