Hujan deras mengguyur disertai angin yang kencang. Mobil papaku melesak di jalanan yang lenggang. Aku hanya mengetukkan jemariku di kaca mobil yang aku tutup. Mataku memandangi pepohonan yang melambai-lambai. Hujan ini seakan ikut merasakan kepedihanku, akan waktu dan jarak yang beberapa tahun ke depan siap menyiksaku. Adiva, belum apa-apa aku Sudah merindukanmu. Apa kabar kamu, Adiva? Batinku menjerit. Tepukan tangan di bahuku membuatku menolah. Mamaku tersenyum menatapku, tatapan lembutnya sungguh membuatku tenang barang sejenak. Suara deheman papaku yang duduk di depan samping sopir pun memasuki telingaku. “Anak papa sudah bujang, huft!” ujar papaku disertai helaian napasnya. “Kenapa kalau aku sudah bujang, Pa? Bukankah itu keren, karena aku tidak lagi ngemut jari,” ucapku menimp