48. Serentetan pesan

1606 Kata

“Kakak, aku bareng!” teriakku berlari keluar rumah dengan kencang. “Adiva, jangan lari-lari!” teriak Ibu mengejarku. Aku sampai depan rumah, melihat Kak Rio yang sudah nangkring di atas motornya. Ibuku menghampiriku dengan napas yang ngos-ngosan. Hari ini aku mau berangkat kuliah, tapi Kak Rio mau meninggalkanku dan menyuruhku untuk berangkat sendiri. Jelas saja aku tidak mau dan ingin nebeng dengannya. “Adiva, ini bekal kamu. Kamu kalau gak dibawain bekal gini gak makan siang,” ucap ibuku memberikan kotak makan. Aku menerimanya dan bergegas ingin naik ke motor Kak Rio. “Eh kamu jangan naik! Kakak gak mau barengin kamu!” cegah Kak Rio. “Aku mau bareng. Aku gak mau sama sopir!” Aku merengek memegang lengannya. “Kakak masih ada urusan. Dan urusan ini gak boleh kamu tau. Sana be

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN