29. Tidak pernah sepadan

1035 Kata

Tuhan, kenapa kepedihan ini harus menyertaiku. Tidak cukupkah penderitaan yang aku alami selama ini? Aku bertemu kedua orang tuaku, ayah dan ibuku. Dalam keadaanku kini yang tergeletak di jalanan. Aku ingin berlari, tapi satu tanganku digenggam wanita paruh baya bernama Imelda itu.  "Adiva," lirihnya membantuku bangun. Kakiku sakit, terkulai lemas dan langsung ditangkan pria yang aku yakini suami ibuku, alias ayahku.  "Kaki kamu berdarah!" pekik pria itu. Aku menepis tangan mereka, melihat lututku yang mengucur darah. Sang pengendara itu berhenti menanyakan keadaanku bertubi-tubi.  "Maafkan saya nona, saya akan ganti rugi untuk nona," ucap pengendara motor itu.  "Tidak apa-apa, aku yang salah karena menyeberang sembarangan," jawabku. "Saya ganti rugi nona, ini!" ucapnya kekeuh menyera

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN