Chapter 28 - Kabar Baru

2158 Kata
Hari senin telah tiba. Lili berangkat sekolah dengan santainya menggunakan grab seperti biasa. Kenapa Lili tak menggunakan supir? Ya karena dia malas, dia tidak mau terpaku oleh supir, sebab kalau menggunakan grab Lili bisa kemana saja dan kapan saja semau dia. By the way, semalam Lili sudah putus lagi dengan pacarnya yang culun dari SMA sebelah, si kacamata ingat? Lili memutuskan pria itu karena Lili tidak suka si kacamata yang _bernama Dodi_ terlalu kepo, dia menanyakan banyak hal lewat chat. Dan Lili yang memang masih dalam mode tidak mood langsung saja memutuskan tanpa di pikir panjang. Memang Lili sekali kan, kejam seperti biasa. Dan alau Lili bisa mempertahankan hubungan dalam waktu lebih dari seminggu itu baru akan terasa aneh. Oh iya, bicara tentang mood, ada satu satu hal yang membuat moodnya buruk. Yakni kejadian ketika di hotel. Yups, Lili sudah tau masalah itu, Ellie sudah memberi tahu detail-nya. Lili memang ingat kalau di semprotkan sebuah cairan oleh seseorang ketika baru masuk area tangga darurat. Dan Lili tidak menyangka jika pelakunya adalah Ilham mantannya sendiri. Lagi, kata Ellie Lili juga hampir di bawa pergi oleh Ilham. Sialan memang pria itu! Jelas, Lili paham jika Ilham berniat melakukan sesuatu yang buruk kepadanya. Mungkin melecehkannya? Wow, kalau sampai Ilham berani merealisasikan niatannya itu sudah pasti Lili akan marah besar, dan tidak akan mengampuni Ilham sedikit pun. Niat buruk Ilham gagal saja Lili sudah marah dan berniat membalas nati, apalagi kalau Ilham benar-benar melakukannya. Mungkin Ilham berakhir is dead a.k.a koid. Ah, untuk Eros. Lili juga sudah tau apa yang telah pria itu lakukan kepadanya, dan ya karena Ellie yang memberi tahu. Ellie bilang, Eros yang menyelamatkannya, dan membawanya pergi dari kejahatan yang hampir Ilham lakukan. Tidak hanya itu Eros juga lah yang menggendongnya, dua kali katanya. Sial ..., Lili tidak pernah di gendong seseorang selama delapan belas tahun hidupnya. Apakah mungkin dirinya ini berat? Ah, sudahlah. Harusnya setelah mengetahui semua itu Lili mengucap terimakasih kan ya kepada Eros. Tapi kenyataannya, Lili tidak berniat demikian. Lili tidak mau mengucapkannya, apalagi untuk adek kelas macam Eros. Lili tidak sudi. Bukan tipikal Lili sekali. Lebih baik Lili diam saja, dari pada membuang waktu hanya untuk meminta maaf. Bukan hanya itu saja, pasti kalau Lili mengucap kata makasih, dia akan terlihat makin lemah saja. Kemarin malam sudah cukup membuat terlihat begitu lemah, jadi tidak lagi. Seumur hidup Lili akan berusaha menampakkan sisi kuat di mata orang. Ini semua gara-gara Ilham. Awas saja pria itu nanti! Lili akan memberi pelajaran. Langkah Lili menuju kelasnya tiba-tiba sedikit memelan, melihat para gadis yang berkerumun di depan salah satu kelas. Bukan hanya satu dua, tapi benar-benar banyak, saking banyaknya koridor depan kelas itu sampai penuh. Dan Lili tahu kelas siapa itu, yups, itu adalah kelas yang di huni sosok Eros. Ada apa lagi hari ini, kenapa kebringasan para gadis makin menjadi saja. s**l, Lili merasa malu hanya membayangkan tingkah cabe gadis-gadis itu. Mereka menganggap seolah Eros artis saja. Padahal cuma si cupu doang. Lili berdecak pelan, tidak mau makin membuang waktu dia pun segera melanjutkan langkah menuju kelas. Seperti biasanya, kedatangan Lili selalu di sambut oleh para kaum adam, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Dan Lili tidak perduli, yang penting dia tak merasa terganggu, Lili tak pernah bersikap apapun. Tibalah Lili di dalam kelas yang baru beberapa bulan ini dia tempati, kelasnya sudah cukup ramai karena waktu juga tidak sepagi itu. Bisa di bilang setengah dari penghuni kelas telah datang. Lili berjalan santai menuju bangkunya. Tidak ada Ellie di sana, tapi tas Ellie sudah berada di atas meja. Entah kemana gadis itu pergi. Lili menggedikkan bahu, lalu duduk di kursi tempatnya tersebut. Lalu dia mulai membuka ponsel seraya menunggu kegiatan belajar mengajar di mulai. Hal pertama yang Lili lihat ketika membuka aplikasi sosial media i********: itu adalah sebuah berita dengan judul yang cukup menghebohkan. 'SI TAMPAN EROS MAKIN SHINING SHIMMERING SPLENDID! KE GLOW UP-ANNYA SUKSES MEMBUAT PARA GADIS KETAR KETIR.' Dan lihat, postingan yang lagi-lagi di upload oleh si akun 'lambe lamis' itu, telah berhasil mengumpulkan belasan ribu like dan beribu-ribu komentar. 'WOW' Siapa yang tak takjub dengan semua itu. Lili sekalipun si dewi malam mempesona pasti juga sangat takjub melihatnya. Baru saja Lili menggeser postingan ke samping, untuk melihat foto-foto lain yang di sematkan. Lili malah ke trigger oleh percakapan kerumunan gadis di kelasnya yang berada dua bangku di sampingnya. Mungkin gadis-gadis itu berjumlah 7 an orang. "Gilak, parah, poll. Eros makin cakep banget banget banget bangetttt." "Hooh, gue tadi juga liat." "Ih, gue belom. Cuma liat dari foto doang udah bikin merinding semriwing, apalagi langsung yak." "Iya loh. Sumpah rambut di tata doang udah kayak berubah total." Para gadis di sana berbicara dengan suara excited tak tertahan, sehingga mungkin mereka tidak sadar jika suaranya menggelegar hingga ke pendengaran orang-orang di sekitar yang tidak merumpi, salah satunya Lili. Yups mereka berbicara saling bersahutan, terdengar penuh semangat. Sampai ada yang berdiri dan menggebrak meja beberapa kali. "Setuju, jadi mirip artis Korea tauk anjir." "Mirip lee min ho kalo kata gue mah." "Lebih mirip ke Jungkook sih." "Nah iya, mirip Jungkook bts poll. Aaa ... Mau pingsan." Satu kata di benak Lili ... lebai! "Mama, pengen jadi dede emesnya, huhu." "Kenapa ya adek kelas kok cakep-cakep amat," "Cuma Eros doang kali mel," "Iya deng. Cuma Eros." "Aaa.. Pengen mimisan." "Anjir!" Lili berdecak pelan, cukup, Lili tidak sanggup mendengarnya lagi. Lagipun ada apa dengan para gadis ini. Kenapa sungguh amat sangat lebay sekali, saking terlalunya sampai ucapan penuh pemborosan kata saja tidak cukup untuk mendeskripsikan kelebaian mereka. Baru saja Lili hendak mengalihkan fokusnya dari suara cempreng gadis-gadis di sana, dengan bermain ponsel lain, nyatanya Lili malah kembali mengurungkan niatnya itu, tepat ketika Ellie temannya datang dengan tergopoh-gopoh lalu duduk di bangku depan Lili. "Kenapa lo?" tanya Lili tidak berminat. Nafas Ellie masih ngos-ngosan, dia mengangkat satu tangannya ke depan memberi interupsi kata 'tunggu sebentar'. Jadi Lili hanya menatap aneh Ellie. "Dih," Lagi, baru juga Lili hendak mengabaikan ke anehan Ellie, temannya itu malah langsung menarik tangan Lili dan menggenggamnya erat. Lili sontak mengernyit bingung bercampur aneh, "Ada apa sih lo? Kesambet." "Eros cakep poll Li," ucap Ellie penuh semangat. Lili menarik tangannya paksa. "Udah tau," Ellie sedikit terkejut dan melebarkan mata, "Lah serius? Dari ig?" "Tuh anak samping, lebai lebai amat." Dagu Lili bergerak mengarah ke samping sekilas, di mana para perempuan berada. "Lo juga lebai!" Mata Ellie membulat. "Ih, nggak lebai Li. Serius itu. Dua, tiga, empat, lima rius kalo bisa mah. Sumpah demi apapun Eros cakep banget." Saking gemasnya Ellie, dia sampai mengepalkan kedua tangannya erat. Muak, benar-benar muak. Rasanya Lili ingin menyumpal mulut semua orang, terlebih teman sebangkunya ini. "Jangan lebai di depan gue," desis Lili. Tapi pada dasarnya Ellie itu ngeyel an, gadis itu sama sekali tidak menggubris ucapan Lili, dan tetep berucap excited. "Lili oh Lili. Eros beneran cakep huhu. Guanteng banget. Kalo di bandingin pas di restoran hotel kemaren sebelas dua belas sih, juga ganteng banget gitu, tapi ini versi seragam sekolahnya Li. Mantep poll." Lili mengeram, si keras kepala mulai berulah. Sedikit tidak sadar diri memang, karena sebenarnya Lili jauh lebih keras kepala. "Dih, kemaren pas di hotel lo nggak heboh gini," cibir Lili. Lili ingat jika sebenarnya Eros juga sudah berpenampilan lebih ganteng kemaren, tapi Ellie juga tidak segila ini. "Iya juga ya, mungkin karena kemaren mau heboh nggak ada temen. Kalo sekarang kan hebohnya seantero sekolah. Wahaha, jadi vibesnya kaya ngefangirl idol korea." "Cih," Lebai, lebai, dan lebai, cukup kata itu untuk menggabarkan semuanya. "Sumpah lo beruntung banget bisa di gendong cogan sekolah kemaren itu," ucap Ellie tak berniat mengurangi rasa antusiasnya barang sedikit. Dan Lili kembali berdecih, Lili faham betul apa yang di maksud Ellie. Kan kemaren saat di hotel Lili di gendong Eros. "Hust, diem. Dia yang beruntung bisa gendong gue." Ya iyalah, Lili adalah si dewi malam. Tidak ada di kamus Lili dia merasa beruntung untuk seseorang, apalagi jika pria hanya Eros, si adik kelas viral. "Enggak bisa gitu, nggak ada yang lebih beruntung. Sama-sama cakep gini, lo cakep Eros cakep. Beuh, couple goals sekali kalo jadi." Ck! Kapan ini berakhir. Padahal Lili sudah begitu muaknya. "Anjink! Bisa diem nggak lo!" Lili mulai marah, sampai memaki. Tapi Ellie sungguh tidak ada takut-takutnya, gadis itu hanya mengerucutkan bibirnya saja. "Ih Lili mah, diajak nge-hype yang lagi heboh kok nggak mau." "Ogah," balas Lili judes bukan main. "Dih. Tapi Li, kalo seumpama Eros suka lo gimana?" tanya Ellie tiba-tiba, bayangan Ellie sempat mengawang pada kejadian di hotel kemaren. "Hm," gumaman Lili sudah seperti menjawab bahwa gadis itu malas tak berminat. Ellie gemas, dia menangkup kedua sisi wajah Lili agar menatap dirinya, tidak mengabaikan. "Ini serius, kalo seumpama Eros suka dan niat deketin elo." Dan jelas, Lili langsung saja menyentak tangan Ellie yang menyentuh pipinya _kasar_. "Lo ngemeng apa anjir!" "Gue liatnya gitu, Eros kayaknya agak tertarik sama lo." ucap Ellie dengan nada serius, tidak main-main seperti tadi. Ellie ingat tentang kejadian di hotel di mana Eros nampak melihat Lili dengan tatapan khawatir, tidak hanya itu Eros begitu semangat untuk menggendong Lili sampai tidak mengizinkan teman Eros untuk melakukannya. "Jangan ngaco," Lili memutar bola matanya malas, maslaahnya Lili ta jika tatapan pria itu tidak menunjukkan demikian. "Ini serius. Dia kayak khawatir gitu liat lo pingsan kemaren." Dan seketika Lili diam ketika mendengarnya. Tak ada tanggapan dari Lili, untuk beberapa saat percakapan mereka berhenti. Sampai akhirnya Ellie membuka suara lagi. "Jadi gimana?" tanya Lili pelan. Hm? Lili menatap Ellie bingung. "Gimana apa?" Lah bocah ini. Ellie pikir Lili diam karena tengah mempertimbangkan status dia kepada Eros selanjutnya. Tapi dengan bodohnya Ellie yang sudah menunggu malah mendapat jawaban seperti itu dari Lili. "Kalo Eros suka lo, itu gimana?" tanya Ellie lagi memperjelas. Lili mengangkat bahunya cuek, sama sekali tak ada beban, "Ya nggak gimana-gimana. Serah Eros." "Lah. Nggak mau jadiin dia pacar? Setidaknya mangsa gitu ... Eh jangan juga deng, Eros cakep kasian lo putusin." Baru juga memberi usulan, Ellie lebih dulu meralatnya. "Enggak bakal El." Lili berucap tegas dengan gelengan tak kalah mantap. "Tapi dia ganteng loh." Belum menyerah, Ellie tetap akan memas-manasi Lili, siapa tau temannya itu bisa berubah fikiran. "Even dia ganteng, terus kenapa?" tanya Lili memasang wajah arogan. "Ya kan dia juga masuk kriteria lo. Siapa tau cocok." "Iya dulu, sekarang mah nggak cupu." Lili tersenyum miring. Melihat penampilan Eros semalam, apakah mungkin masih bisa di masukkan kriteria mangsa? Hoho ... Jelas tidak brodie. "Kalo dia masih cupu lo mau?" Mata Ellie berbinar cerah, lalu menggerakkan kepalanya sedikit maju ke depan. "Enggak juga," balas Lili tapa perlu berfikir dahulu. Geram. Ellie sampai menautkan kedua gigi atas dan bawahnya sebagai pelampiasan. "Bingsit! Cape gue ngemeng sama elo." "Makanya diem aja lo ini," tidak merasa bersalah sama sekali. Lili malah menunjukkan smirk tanda kepuasan, bahwa Ellie teman sebangkunya itu sudah menyerah menjadi mak comblang untuk Eros. Selanjutnya Ellie pun menurut, dan menutup mulutnya rapat, walaupun bibirnya di majukan cukup jauh seperti itu, kesal sudah pasti apalagi memang kalau tidak kesal, di patahkan ekspetasi memang mengesalkan. Lili tak perduli dengan Ellie. Dia melanjutkan kegiatannya yang tertunda tadi, yakni memainkan ponsel. Dan ketika dia membuka lock ponsel, layar benda pipih itu menampakkan aplikasi i********: yang memang belum dia tutup itu. Tidak hanya itu, layarnya juga masih memperlihatkan berita tentang Eros. Merasa sedikit penasaran, tangan Lili bergerak menggeser ke samping melihat foto yang di sematkan. Dan benar saja, mata Lili sontak melihat hasil jepretan sosok Eros yang bisa di bilang cukup berbeda dari biasanya. Rambutnya di tata rapi khas style korea, tidak hanya itu wajahnya juga sangat fresh, pakaiannya masih rapi dengan jas seragam di balut jas khas almamater sekolah SMA Andara. Wow, Lili tidak akan membohongi diri bahwa memang kenyataannya Eros tampan. Atau mungkin sangat tampan. Tapi memang kenapa kalau tampan? Apa urusannya dengan Lili? Wajah tampan hanya titipan, toh kalau tua nanti sama-sama bakal keriput. Tapi jujur lagi, saat di hotel kemarin Eros juga sangat tampan tidak kalah tampan dari ini. Sejak awal Eros sudah tampan, jadi ketika mendapat sedikit polesan, itu sudah lebih dari cukup untuk membuat tampak jauh berubah. Lili berniat mengunci ponselnya kembali dan memasukkan ke dalam saku. Hanya saja Lili malah mengurungkan niatnya itu, tepat ketika beranda i********:-nya menampakkan postingan terbaru dari akun lambe lamis. 'SI GANTENG ABIES, BERHASIL MENJADI SASAEAN VANIENDA. DAN BERADA SELANGKAH LEBIH DEPAN DARI LILI SI DEWI MALAM.' Apaan sih? Pasti kata itu langsung muncul di benak Lili ketika membaca caption postingan. Dengan cepat Lili menggerakkan jari jempolnya ke samping, me swipe postingan. Dan langsung saja, layar ponsel Lili menampakkan sosok Eros dan Vanie yang tengah berdiri saling berhadapan, terlebih dalam posisi cukup atau sangat dekat. Tangan Vanie saja sampai dengan pd-nya menyentuh bahu Eros. Dan, kalian tau apa respon Lili. Yups, gadis itu hanya menyeringai tipis, lalu benar-benar menutup ponsel dan menyimpannya ke dalam saku. Seolah tidak perduli, dan malah merasa lega dengan apa yang baru saja dia lihat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN